الحمد لله,الصلاة والسلام على رسول الله.
Sesungguhnya, segala puji hanya milik Allah ta’ala, kita memuji-Nya, memohon pertolongan kepada-Nya, dan memohon ampunan kepada-Nya, serta kita berlindung kepada-Nya dari keburukan diri kita dan keburukan amalan-amalan kita. Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah petunjuk (hudaa) maka tak ada yang dapat menyesatkannya dan barangsiapa yang dikehendaki oleh-Nya sesat maka tak ada yang dapat memberinya petunjuk. Kami bersaksi bahwa tak ada ilah (sembahan yang haq) selain Allah ta’ala dan Muhammad shallallahu ‘alayhi wasallam adalah hamba dan utusan-Nya.
Saudariku, pernahkah kau mendambakan sebuah mahkota kemuliaan? Sebuah tanda jasa kemuliaan? Atau sebuah titel kemuliaan yang akan mengangkat namamu? Hm… bukankah betapa indah jika kita membayangkannya? Bagimana tidak, jutaan manusia yang bernama remaja hari ini rela berpanas-panas pada jejer antrian audisi untuk menjadi seorang artis yang namanya semerbak di telinga remaja lain seantero jagad. Mereka rela melakukan berbagai hal yang bisa membuat mereka popular, kaya, sukses; dalam pandangan mata mereka. Tak usahlah kita terlalu jauh ke layar kaca, menjadi siswa teladan atau pemenang lomba yang namanya diumumkan satu sekolahan saja, rasanya sudah melayang-layang kan? Maka jika demikian, kita sepakat YA, kita secara fitrah menginginkan sebuah kemuliaan.
Namun ada sebuah pertanyaan kecil yang menjadi dasar keinginan (yang sebenarnya) baik. Benarkah demikian kemuliaan yang sejati? Jika ya, lantas mengapa banyak artis ternama yang namanya mengisi catatan kepolisian karena narkoba, perzinahan, tawuran, pelecehan, dan sebagainya? Jika ya, lantas mengapa banyak artis Korea yang kini begitu banyak mata yang memandang kagum padanya malah tercatat namanya pada koran-koran harian karena kasus bunuh dirinya? Maka Jasad tinggallah jasad.
Jikapun engkau berdalih, “tak semua mereka begitu”, maka tanyakanlah dirimu, saudariku,
“Setelah kepopuleran itu, setelah namamu menjadi terkenal itu, kemudian apa?” Mungkin kau akan kaya. Tapi, untuk berapa lama? Setahun? Dua tahun? 5 tahun? 10 tahun? Kemudian apa?
“وَجَآءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَاكُنتَ مِنْهُ تَحِيدُ “
“Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari darinya”. [Qs. Qaaf: 19]
Ya, setelah itu, datanglah sakarat. Lalu yang ada tinggallah hisab.
رُبَمَا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ كَانُوا مُسْلِمِينَ(2) ذَرْهُمْ يَأْكُلُوا وَيَتَمَتَّعُوا وَيُلْهِهِمُ الْأَمَلُ ۖفَسَوْفَ يَعْلَمُونَ(3)
“Orang-orang yang kafir itu seringkali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim. Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka).” (Qs. Al-Hijr: 2-3)
Saudariku, jangan salah paham! Kita telah sepakat bahwa secara fitrah kita menginginkan kemuliaan. Tetapi Islam sebagai agama yang begitu sempurnanya telah memberikan kita sebuah gambaran kemuliaan yang lebih baik dari yang sebelumnya kami sebutkan. Kemuliaan apa itu?
“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖوَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚوَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs. Al-Mujaadilah:11)
Itulah kemuliaan yang Allah ta’ala janjikan. Kemuliaan yang Allah ta’ala berikan kepada hamba-hamba pilihan-Nya disebabkan karena mereka berusaha mencari, mereka bersusah payah menggapainya, mereka tegar mengamalkannya, dan mereka istiqomah di atasnya. Ialah ilmu ad-dien ini, ilmu yang oleh Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam dihukumi wajib mempelajarinya.
Dalam sebuah hadits dari Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda,
من يردالله به خيرًايفقّه فى الدين
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan kepadanya maka akan dipahamkannya terhadap ilmu agama” (Muttafaq ‘alayh)
Ya saudariku, ilmu adalah kemuliaan kaum muslimin. Bahkan terhadap syahadat punm kita harus mengilmuinya sebagaimana firman Allah ta’ala:
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ “
Ketahuilah bahwa tiada sesembahan yang benar selain Allah dan mohonlah ampunan atas dosamu” (Qs. Muhammad: 19). Maka karena mulianya ilmu yang kita pelajari yaitu ilmu tentang-Nya, maka Allah pun memuliakan kita di langit dan di bumi. Berikut beberapa keutamaan yang sangat super yang kita dapatkan ketika menjadi seorang penuntut ilmu:
Tetap hidup walau ia telah tiada
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
, إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seorang manusia mati maka terputuslah darinya amalnya kecuali dari tiga hal; dari sedekah jariyah atau ilmu yang diambil manfaatnya atau anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim no. 1631)
Menghidupkan hati sebagaimana hujan menyuburkan tanah
Dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
مَثَلُ مَا بَعَثَنِى اللَّهُ بِهِ مِنَ الْهُدَى وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ الْغَيْثِ الْكَثِيرِ أَصَابَ أَرْضًا ، فَكَانَ مِنْهَا نَقِيَّةٌ قَبِلَتِ الْمَاءَ ، فَأَنْبَتَتِ الْكَلأَ وَالْعُشْبَ الْكَثِيرَ ، وَكَانَتْ مِنْهَا أَجَادِبُ أَمْسَكَتِ الْمَاءَ ، فَنَفَعَ اللَّهُ بِهَا النَّاسَ ، فَشَرِبُوا وَسَقَوْا وَزَرَعُوا ، وَأَصَابَتْ مِنْهَا طَائِفَةً أُخْرَى ، إِنَّمَا هِىَ قِيعَانٌ لاَ تُمْسِكُ مَاءً ، وَلاَ تُنْبِتُ كَلأً ، فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقِهَ فِى دِينِ اللَّهِ وَنَفَعَهُ مَا بَعَثَنِى اللَّهُ بِهِ ، فَعَلِمَ وَعَلَّمَ ، وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَلِكَ رَأْسًا ، وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللَّهِ الَّذِى أُرْسِلْتُ بِهِ
“Permisalan petunjuk dan ilmu yang Allah mengutusku dengannya adalah bagai ghaits (hujan yang bermanfaat) yang mengenai tanah. Maka ada tanah yang baik, yang bisa menyerap air sehingga menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan yang banyak. Di antaranya juga ada tanah yang ajadib (tanah yang bisa menampung air, namun tidak bisa menyerap ke dalamnya), maka dengan genangan air tersebut Allah memberi manfaat untuk banyak orang, sehingga manusia dapat mengambil air minum dari tanah ini. Lalu manusia dapat memberi minum untuk hewan ternaknya, dan manusia dapat mengairi tanah pertaniannya. Jenis tanah ketiga adalah tanah qi’an (tanah yang tidak bisa menampung dan tidak bisa menyerap air). Inilah permisalan orang yang memahami agama Allah, bermanfaat baginya ajaran yang Allah mengutusku untuk membawanya. Dia mengetahui ajaran Allah dan dia mengajarkan kepada orang lain. Dan demikianlah orang yang tidak mengangkat kepalanya terhadap wahyu, dia tidak mau menerima petunjuk yang Allah mengutusku untuk membawanya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dimudahkan jalan menuju surga
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الجَنَّةِ
“Barang siapa yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, maka akan Allah mudahkan jalannya menuju surga.” (HR. Muslim).
Orang yang menuntut ilmu akan dido’akan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam mendo’akan orang-orang yang mendengarkan sabda beliau dan memahaminya dengan keindahan dan berserinya wajah. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
نَضَّرَ اللهُ امْرَأً سَمِعَ مِنَّا حَدِيْثًا فَحَفِظَهُ حَتَّى يُبَلِّغَهُ غَيْرَهُ؛ فَإِنَّهُ رُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ لَيْسَ بِفَقِيْهٍ، وَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ، ثَلَاثُ خِصَالٍ لَا يُغِلُّ عَلَيْهِنَّ قَلْبُ مُسْلِمٍ أَبَدًا: إِخْلَاصُ الْعَمَلِ ِلِله، وَمُنَاصَحَةُ وُلاَةِ الْأَمْرِ، وَلُزُوْمُ الْـجَمَاعَةِ؛ فَإِنَّ دَعْوَتَهُمْ تُحِيْطُ مِنْ وَرَائِهِمْ. وَقَالَ: مَنْ كَانَ هَمُّهُ الْآخِرَةَ؛ جَمَعَ اللهُ شَمْلَهُ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِيْ قَلْبِهِ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ، وَمَنْ كَانَتْ نِيَّتُهُ الدُّنْيَا؛ فَرَّقَ اللهُ عَلَيْهِ ضَيْعَتَهُ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ، وَلَـمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ.
“Semoga Allah memberikan cahaya pada wajah orang yang mendengarkan sebuah hadits dari kami, lalu menghafalkannya dan menyampaikannya kepada orang lain. Banyak orang yang membawa fiqih namun ia tidak memahami. Dan banyak orang yang menerangkan fiqih kepada orang yang lebih faham darinya. Ada tiga hal yang dengannya hati seorang muslim akan bersih (dari khianat, dengki dan keberkahan), yaitu melakukan sesuatu dengan ikhlas karena Allah, menasihati ulil amri (penguasa), dan berpegang teguh pada jama’ah kaum Muslimin, karena do’a mereka meliputi orang-orang yang berada di belakang mereka.” Beliau bersabda, “Barangsiapa yang keinginannya adalah negeri akhirat, Allah akan mengumpulkan kekuatannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina. Namun barangsiapa yang niatnya mencari dunia, Allah akan mencerai-beraikan urusan dunianya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia mendapat dunia menurut apa yang telah ditetapkan baginya.(H.R Ahmad, shahih)
Dan masih banyak lagi keutamaan lainnya yang oleh para ulama disebutkan sebanyak 60 keutamaan! Masya Allah! Padahal, saudariku, satu saja keutamaan itu sudah sangat besar, apalagi 60! Pantas saja jika para ulama salaf rela menghabiskan hidupnya demi ilmu, rela jalan berbulan-bulan demi ilmu, rela makan sepotong roti setiap hari demi ilmu, rela menjadi kuli bangunan demi ilmu, rela berjuang demi ilmu! Sebab mereka telah mengetahui keutamaan yang hari ini pun telah kita ketahui!
Maka kemuliaan seperti apalagi yang lebih baik daripada mulia di sisi Allah, saudariku? Sedangkan kepada-Nya sajalah kita kembali dan kepada-Nya sajalah semua urusan dikembalikan! Maka terakhir, perhatikanlah firman Allah berikut:
“وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Q.S Al-A’raf:96)
Maka semoga Allah senantiasa menunjuki kita taufiq-Nya dan petunjuk-Nya untuk menjadi hamba yang Dia ridhai.
Allahul musta’an. (FA)
Komentar
Posting Komentar