Langsung ke konten utama

Kenapa Kita Membaca Al-qur'an? (1)


Sebentar lagi, bulan yang kita tunggu-tunggu akan segera tiba. Bulan yang digambarkan oleh Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam- sebagai bulan penuh berkah, bulan ampunan, dan bulan ketika hamba-hamba terpilih dibebaskan dari api neraka tiap malamnya. Bulan Ramadhan, yang juga digambarkan sebagai bulan ketika pintu surga dibuka selebar-lebarnya dan pintu neraka ditutup serapat-rapatnya. Bulan yang dikenal dengan salah satu nama yaitu "Syahrul qur’an", bulannya Al-qur’an. Ya, di bulan inilah Allah –subhanahu wata’ala- pertama kali menurunkan Al-qur’an pada malam kemuliaan, melalui malaikat yang mulia, kepada Rasul yang mulia.


Tetapi, bukan berarti bahwa Al-qur’an tersebut hanya kita buka ketika bulan Ramadhan saja. Melainkan yang dimaksud adalah bertambahnya kedekatan kita, interaksi kita dengan Al-qur’an. Jika di luar bulan Ramadhan kita hanya membaca setengah juz setiap harinya, maka di bulan Ramadhan kita seharusnya membaca lebih banyak dari itu. Satu juz, dua juz,tiga juz, dan seterusnya sesuai dengan target khatamul qur’an kita.


عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنه قَالَ: كَانَ النَّبِىُّ صلى الله عليه و سلم أَجْوَدَ النَّاسِ بِالْخَيْرِ ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِى رَمَضَانَ ، حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ ، وَكَانَ جِبْرِيلُ – عَلَيْهِ السَّلاَمُ – يَلْقَاهُ كُلَّ لَيْلَةٍ فِى رَمَضَانَ حَتَّى يَنْسَلِخَ ، يَعْرِضُ عَلَيْهِ النَّبِىُّ صلى الله عليه و سلم الْقُرْآنَ ، فَإِذَا لَقِيَهُ جِبْرِيلُ – عَلَيْهِ السَّلاَمُ – كَانَ أَجْوَدَ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ. متفق عليه
“Diriwayatkan dari sahabat Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu, ia mengisahkan: “Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia paling dermawan masalah kebaikan (harta benda), dan kedermawanan beliau mencapai puncaknya pada bulan Ramadhan di saat berjumpa dengan Malaikat Jibril. Dan dahulu Malaikat Jibril ‘alaihissalam biasanya senantiasa menjumpai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada setiap malam di bulan Ramadhan hingga akhir bulan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca Al Qur’an di hadapannya. Bila beliau telah berjumpa dengan Malaikat Jibril ‘alaihissalam beliau terasa begitu dermawan dalam masalah kebaikan (harta benda) dibanding angin sepoi-sepoi yang berhembus.” (Muttafaqun ‘alaih)
Lihatlah, bagaimana malaikat Jibril ‘alaihissalam mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mendengarkan bacaan Al-qur’an beliau. Hadits ini menunjukkan keutamaan membaca Al-qur’an di bulan Ramadhan dan penekanan tentang pentingnya kita memperbanyak bacaan Al-qur’an di bulan ini. Maka kita melihat bagaimana para salaf (yaitu sahabat Rasulullah, tabi’in dan tabi’ut tabi’in) begitu berlomba-lomba dalam mengkhatamkan Al-qur’an di bulan Ramadhan ini.
Jika kita bertanya-tanya, ada apa sih dengan Al-qur’an? Mengapa Al-qur’an menjadi sebuah kemuliaan dan manusia berlomba-lomba membacanya, menghafalkannya, mentadabburinya, bahkan senantiasa mengkajinya?
Renungilah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berikut ini:
إن الله يرفع بهذا الكتاب أقواما ويضع به آخرين
“Sesungguhnya Allah mengangkat derajat suatu kaum dan merendahkannya dengan kitab ini (Al-Quran).” (HR. Muslim no. 1934)
Berdasarkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam maka kita mengetahui bahwa Allah subhanahu wata’ala akan mengangkat atau menghinakan seseorang sesuai perlakuannya terhadap Al-qur’an. Maka Al-qur'an, yang bisa menjadi sumber kemuliaan kita, akan menjadi sangat sayang untuk kita lalaikan. Bahkan, kita menjadi orang yang begitu merugi tatkala kita menjadi orang yang mengabaikan Al-qur'an!
Mari kita mengenal dahulu apa itu Al-qur’an dan apa sih keutamaan kita dekat dengan Al-qur’an?
Secara Bahasa, Qur`an pada mulanya seperti qira`ah , yaitu masdar (infinitif) dari kata qara` qira`atan, qur`anan. Sebagaimana dalam firman Allah subhanahu wata’ala :
إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآَنَهُ  فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآَنَهُ (القيامة 17-18)
ِArtinya : “Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya dan membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu`. (Qs. Al;-Qiyamah :17-18)
Secara istilah agama, berdasarkan penjelasan para ulama, Al-qur'an yaitu kalam Allah yang bersifat mukjizat, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, tertulis di mushaf , diriwayatkan secara mutawattir, dan membacanya adalah ibadah. Al-qur’an ini bukanlah makhluk, sebab ia adalah kalamullah (perkataan Allah subhanahu wata’ala). Maka jelaslah kemuliaan Al-qur’an karena ia adalah perkataan Dzat yang Maha Mulia.
“Sesungguhnya al-Quran itu adalah benar-benar wahyu Allah yang diturunkan kepada Rasul yang mulia. Dan al-Quran itu bukan perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya. Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran darinya.” (terjemah QS. Al-Haaqqah: 40-42).
InsyaAllah, keutamaan membaca Al-qur’an dan menjadi sahabat Al-qur’an akan kita bahas berikutnya.
Bersambung-- (FA)






Komentar

Postingan populer dari blog ini

BUNDA, JANGAN BERSENDIRIAN (PART 11 "Hadiah Istimewa Untuk Bunda Hebat")

  BUNDA, JANGAN BERSENDIRIAN Bunda, jangan merasa sendiri. Tentu karena memang kita tak pernah sendirian, sebab Allah ta’ala Maha Melihat dan Mengawasi kita. “Dan Allah bersama kamu (dengan ilmu-Nya) di mana saja kamu berada.” [QS. Al-Hadid: 4] Kemudian, Bunda, apa yang Bunda alami bukan hanya Bunda satu-satunya. Berdasarkan data berjalan 2020 dari Biro Pusat Statistik (BPS), jumlah penyandang disabilitas di Indonesia mencapai 22,5 juta atau sekitar lima persen (Kemensos). Entah itu dari sisi intelektual, mental, sensorik, dan ganda/multi. Selain itu, Ketua Pusat Layanan Penyakit Langka di  Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo  atau RSCM, Dr. dr. Damayanti Rusli Sjarif Sp.A(K) menyebut diperkirakan ada 10 persen dari total penduduk atau sekitar 25 juta orang yang menderita penyakit langka di Indonesia. Bukankah angka yang cukup fantastis? Maka kuatkanlah hatimu, Bunda! Dan siapkan diri untuk mencari informasi dan komunitas. Minimal kita bisa mendapatkan ilmu tentang penanganan ...

MENGAMBIL HIKMAH (Part 2 "Hadiah Istimewa Untuk Bunda Hebat)

  HADIAH ISTIMEWA UNTUK BUNDA HEBAT Hadiah untuk para ibu yang diuji dengan kesehatan anak Penulis: UmA 2. Mengambil Hikmah Selalu ada hikmah dari setiap kejadian, mungkin agar kita lebih dewasa, atau seringkali agar kita sadar dan kembali meniti jalan kebenaran. Atau terkadang melalui kejadian tersebut, ada pembelajaran istimewa yang Allah ingin hadirkan dalam kehidupan. Itulah yang terjadi saat ujian demi ujian seolah bertumpuk-tumpuk memenuhi tenggorokan. Bunda, cobalah untuk terus berprasangka baik kepada Sang Pencipta. Itulah langkah awal untuk mendidik jiwa ketika musibah menyapa. Sebab prasangka baik akan bernilai pahala dan membuahkan kebahagiaan serta kebaikan. Sebaliknya, berprasangka buruk dan mencela takdir-Nya hanya akan menyisakan kesempitan serta membawa diri dalam jurang keputusasaan. Buruk sangka hanya akan membuat hidup ke depannya lebih sulit, masalah lain pun akan bermunculan. Sungguh, itu terjadi. Mungkin, terus menjaga prasangka baik itu berat, tapi teruslah m...

KISAH KESABARAN DAN KESYUKURAN SAHABAT (PART 10 "Hadiah Istimewa Untuk Bunda Hebat")

  Kisah Kesabaran dan Kesyukuran Sahabat Kisah Kesabaran dan "Suatu hari, aku pernah berada di daerah perbatasan, wilayah Arish di negeri Mesir. Aku melihat sebuah kemah kecil, yang dari kemahnya menunjukkan bahwa pemiliknya adalah orang yang sangat miskin. Lalu aku pun mendatangi kemah yang berada di padang pasir tersebut untuk melihat apa yang ada di dalamnya. Kemudian aku melihat seorang laki-laki. Namun bukan laki-laki biasa. Kondisi laki-laki ini sedang berbaring dengan tangan dan kakinya bunting, telinganya sulit mendengar, matanya buta, dan tidak ada yang tersisa selain lisannya yang berbicara. Dari lisannya orang itu mengucapkan, “Ya Allah berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku. Dan Engkau sangat muliakan aku dari ciptaan-Mu yang lain.” Kemudian aku pun menemuinya, dan berkata kepada orang itu, “Wahai saudaraku, nikmat Allah mana yang engkau syukuri?” Kemudian laki-laki pemilik kemah itu menjawab, “Wahai saudara, diaml...