Langsung ke konten utama

Niat: perkara sederhana tapi begitu bermakna


سم الله الرّحمٰن الرّحيم

Pengantar Sebelum Materi

Disusun oleh: Ummu Arqam

Dari Grup WA: Sharing Muslimah Jaksel

(Ingin bergabung? Kontak wa.me/6281283496918 )


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

🌹🌹🌹

الحمد لله الذي بنعمته تتم الصالحات 

أشهد أن لا إله إلا الله و أشهد أن محمدا رسول الله

اللهم صلي وسلم علي نبينا محمد و علي آله و أصحابه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين وبعد

Alhamdulillah.. segala puji bagi Allah tabaraka wataala yang telah mengumpulkan kita di dalam grup ini. Grup, yang kami sebagai pelaksana harapkan dapat menjadi wadah untuk saling mengingatkan kepada kebenaran dan kesabaran. Grup, yang semoga -bi idznillah-, Allah subhnahu wataala izinkan untuk menjadi wasilah bertambahnya ilmu kita, dan dengan ilmu tersebut kita tergerak untuk melakukan amalan-amalan shalih demi menggapai ridha-Nya.

 

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Hamba pilihan Allah subhnahu wataala, kekasih-Nya, dan teladan kita semua dalam menjalankan agama kita, Muhammad shallallahu alaihi wa ala aalihi wa shahabatihi wa sallam. Semoga Allah subhnahu wataala izinkan kita untuk berjumpa dengan beliau alaihishsholatu wassalam sebagai ummat beliau di akhirat kelak. Aamiin.

 

Sebelum kita memasuki pembelajaran pertama kita, izinkan saya untuk mengajak para peserta sekalian untuk kembali meluruskan niat kita. Niat dalam menuntut ilmu agama ini.

 

Amalan tergantung kepada niat

Sebuah hadits yang sangat masyhur, hadits pertama dalam kitab Arbain An-nawawiyah,  Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Sahabat Umar bin Khattab radhiyallahu anhu atau kun-yah beliau Abu Hafs,

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ

 

 Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju. (HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907]

 

Sahabat, betapa perkara niat ini selalu menjadi yang pertama dan utama yang dibahas oleh para ulama sebelum membahas yang lainnya.

Berkata Imam Abdurrahman bin Mahdi rahimahullah:

Siapa yang ingin menulis sebuah kitab, hendaklah ia memulai dengan hadits

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ

yaitu hadits Umar radhiyallahu anhu di atas.

(Jamiul Ulum wal Hikam, karya Ibnu Rajab al-Hanbali, hlm. 5960, Muassasah ar-Risalah, cet. ke-4, th. 1413 H/1993 M)

 

Dan niat, selalu menjadi hal yang butuh setiap waktu kita perhatikan karena sifat hati manusia yang begitu mudah berbolak-balik.

Berkata Sufyan Ats-Tsauriy rahimahullah:

Sufyan at-Tsauriy:

(ما عالَجْتُ شيئاً أشدَّ عليّ من نيّتِي، لأنها تتقلَّبُ عليّ)

Tidak ada yang lebih berat bagiku melebihi beratnya mengobati niatku, karena ia selalu berubah-rubah dalam diriku. (Hilyatul Auliya, 7/5 dan 62)

Sekarang pertanyaannya, "Apakah itu niat?"


 Mengenal Niat

Niat secara bahasa berarti al-qashd (keinginan). Sedangkan niat secara istilah syar'i, yang dimaksud adalah berazam (bertekad) mengerjakan suatu ibadah ikhlas karena Allah, letak niat dalam batin (hati).

Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,

وَالنِّيَّةُ مَحَلُّهَا الْقَلْبُ بِاتِّفَاقِ الْعُلَمَاءِ ؛ فَإِنْ نَوَى بِقَلْبِهِ وَلَمْ يَتَكَلَّمْ بِلِسَانِهِ أَجْزَأَتْهُ النِّيَّةُ بِاتِّفَاقِهِمْ

Niat itu letaknya di hati berdasarkan kesepakatan ulama. Jika seseorang berniat di hatinya tanpa ia lafazhkan dengan lisannya, maka niatnya sudah dianggap sah berdasarkan kesepakatan para ulama. (Majmuah Al-Fatawa, 18:262)

 

Sebagai contoh: jika muncul keinginan untuk makan, maka hati kita akan berkeinginan untuk membeli makanan. Inilah pengertian yang dimaksud secara bahasa.

 

Sedangkan, dari pengertian secara syari (bagaimana agama kita memandang niat) maka kita mengetahui bahwa niat yang benar adalah niat yang sungguh-sungguh, dengan tekad dan ditujukan semata-mata hanya kepada Allah.

 

وما أمروا إلا ليعبدوا الله مخلصين له الدين (وكل آية في قرن العبادة أو الدعاء بالإخلاص فإنها دليل على هذه القاعدة)ـ

Allah subhanahu watala berfirman: Mereka tidak diperintah, melainkan untuk menyembah Alloh dengan ikhlas semata-mata karena menjalankan agama-Nya (Al-Bayyinah:5)

 

Setelah mengetahui makna dan pengertian niat, serta melihat firman Allah subhanahu wataala di surah Al-bayyinah dan hadits Umar radhiyallahu anhu di atas maka yang selanjutnya perlu kita ketahui adalah:

 

Fungsi Niat

Al-Hafidz Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah menyebutkan dalam kitab beliau Jami al-ulum wal hikam mengenai fungsi dari niat, bahwa ada dua fungsi niat:

 

Pertama, Membedakan antara satu ibadah dengan ibadah lainnya, atau membedakan antara ibadah dengan kebiasaan.

 

Kedua, Membedakan tujuan seseorang dalam beribadah. Jadi apakah seorang beribadah karena mengharap wajah Allah ataukah ia beribadah karena selain Allah, seperti mengharapkan pujian manusia.

(Lihat: Jami al-ulum wal hikam, hal. 67).

 

Kedua hal ini penting untuk kita perhatikan dalam melakukan amalan. Sederhananya seperti ini memahaminya:

Yang pertama,ibadah apa yang akan kita lakukan?, Yang kedua,apa tujuan kita beribadah dan untuk siapa?.

 

Contoh: jika kita ingin melakukan shalat sunnah atau shalat wajib, maka hati kita telah menetapkannya. Saya mau shalat sunnah sebelum subuh atau saya mau shalat subuh. Dan niat kita melakukannya untuk siapa? Bukan hanya sekadar, saya mau shalat. Apakah shalatnya karena diperintah ibunya? Atau bahkan ia sendiri tidak tahu untuk siapa amalan itu ia lakukan. Wal iyadzu billah.

 

Tahukah kita?

️ Niat yang baik dapat menjadikan perbuatan yang biasa (adat) menjadi ibadah. Misalnya ketika dihidangkan makanan ia merasakan karunia Allah dan nikmat-Nya kepada dirinya, dimudahkan-Nya untuk memakan makanan tersebut sedangkan orang lain tidak, orang lain berada dalam ketakutan sedangkan dia berada dalam keamananan dan kenikmatan, ia pun memulai makan dengan nama Allah (bismillah) dan menyudahinya dengan memuji Allah, ia pun meniatkan dengan makannya itu agar bisa menjalankan ketaatan kepada-Nya.

 

Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam-:

عن سعد بن أبي وقاص قال، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: المؤمن يؤجر في كل شيء،[1] حتى في اللقمة يرفعها إلى في امرأته. (رواه أحمد وغيره وقال الأرناؤوط إسناده حسن)ـ

Seorang mukmin bisa mendapat pahala dari segala sesuatu (dengan niat yg baik), hingga suapan yang ia masukkan ke mulut istrinya. (HR. Ahmad dan yang lainnya, dihasankan oleh Al-Arnauth)

 

Ibnul Qayyim dan ulama yang lain berkata, Orang-orang yang aarif (mengenal Allah) itu perbuatan yang biasa mereka lakukan menjadi ibadah, sedangkan orang-orang awam menjadikan ibadah mereka sebagai kebiasaan.

 

Sebagian ulama salaf mengatakan, Barang siapa yang ingin amalnya menjadi sempurna, maka perbaguslah niat, karena Allah akan memberikan pahala kepada seorang hamba jika ia memperbagus niatnya meskipun pada saat ia menyuap makanan.

 

️ Perbuatan maksiat itu selamanya tidak bisa menjadi ketaatan meskipun niatnya baik. Misalnya seseorang bermain judi dengan niat agar hasilnya untuk membantu orang-orang miskin, membangun masjid atau lainnya. Orang yang melakukan hal ini adalah pelaku maksiat dan ia berdosa meskipun niatnya baik, karena suatu perbuatan tidak bisa menjadi ketaatan dengan niat yang baik kecuali apabila perbuatan itu adalah perbuatan yang mubah bukan yang haram.

 

Imam Al-Fudhail bin Iyadh berkata:

_Sesungguhnya amal yang ikhlas tapi tidak benar, ia tidak akan diterima, begitu pula ketika amal itu benar tapi tidak ikhlas Ia tidak akan diterima hingga menjadi amal yang ikhlas dan benar._ (Ikhlas jika dilakukan karena Alloh, dan benar jika dilakukan sesuai tuntunan).

 

Betapa ruginya kita...

Mari kita merenungkan ayat Allah..

Allah juga berfirman.

وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا

(Ingatlah pada hari kiamat nanti) akan kami perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu bagaikan debu yang beterbangan.. (Al-Furqan : 23)

 

Amal yang seperti debu itu adalah amal-amal yang dilandaskan bukan kepada As-Sunnah atau amal yang dimaksudkan untuk selain Allah.

Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda kepada Saad bin Abi Waqqash, Sesungguhnya sekali-kali engkau tidak akan dibiarkan, hingga engkau mengerjakan suatau amal untuk mencari wajah Allah, melainkan engkau telah menambah kebaikan, derajat dan ketinggian karenanya.

 

sahabat, betapa banyak pintu kebaikan yang sebenarnya terbuka bagi kita ketika kita mengetahui betapa luar biasanya perkara niat ini. Bahkan makan dan minum kita bisa bernilai ibadah ketika kita niatkan untuk menguatkan kita dalam beribadah kepada Allah subhanahu wataala. Atau senyum kita kepada saudari seiman kita, menanyakan kabarnya dalam rangka memperkuat ukhuwah, memberi makan pemulung yang kita temui, atau sekadar menyingkirkan duri dari jalanan.

 

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, _Ada seseorang laki-laki yang melewati ranting berduri berada di tengah jalan. Ia mengatakan, Demi Allah, aku akan menyingkirkan duri ini dari kaum muslimin sehingga mereka tidak akan terganggu dengannya. Maka Allah pun memasukkannya ke dalam surga._

 

MasyaAllah!!

Sebuah amalan yang kecil tetapi menjadi sebabnya masuk ke dalam surga. Karena 1 hal tadi: niat.

 

Terkahir, Allah subhanahu wataala berfirman:

 

{مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ (15) أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ إِلا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (16) }

Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, *niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna, dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak mem­peroleh di akhirat kecuali neraka,* dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan. (Qs. hud:15-16)

 

Sahabat muslimah, sungguh betapa ruginya kita ketika niat kita dalam beramal hanya disandarkan kepada dunia yang sebentar lagi akan kita tinggalkan. Sedangkan di akhirat, kita sangat membutuhkan pertolongan.

 

Maka mari sahabat, di awal pertemuan kita ini, kita luruskan niat kita menuntut ilmu agama, semata-mata hanya karena Allah subhanahu wataala.

 

Dan semoga, dengan niat yang benar, kita menjadi pribadi yang selalu bersemangat mencari mutiara-mutiara kebaikan, mengamalkan ilmu, dan meraih keridhoan Allah subhanahu wataala.

 

Aamiin ya Robbal aalamiin

 

Sumber Rujukan dan Inspirasi:

1. Al-Quran dan Hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam.

2. https://rumaysho.com/16311-hadits-arbain-01-setiap-amalan-tergantung-pada-niat.html

3. https://pengusahamuslim.com/1336-semua-amalan-tergantung-pada-niatnya.html

4. https://muslim.or.id/22495-mengenal-fungsi-niat.html

5. https://yufidia.com/3539-niat-sholat-mandi-junub-puasa-dan-wudhu.html

6. https://muslimah.or.id/2054-jangan-sampai-susah-payah-beramal-tetapi-sia-sia.html

7. https://kisahmuslim.com/1379-masuk-surga-karena-membuang-duri.html

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

BUNDA, JANGAN BERSENDIRIAN (PART 11 "Hadiah Istimewa Untuk Bunda Hebat")

  BUNDA, JANGAN BERSENDIRIAN Bunda, jangan merasa sendiri. Tentu karena memang kita tak pernah sendirian, sebab Allah ta’ala Maha Melihat dan Mengawasi kita. “Dan Allah bersama kamu (dengan ilmu-Nya) di mana saja kamu berada.” [QS. Al-Hadid: 4] Kemudian, Bunda, apa yang Bunda alami bukan hanya Bunda satu-satunya. Berdasarkan data berjalan 2020 dari Biro Pusat Statistik (BPS), jumlah penyandang disabilitas di Indonesia mencapai 22,5 juta atau sekitar lima persen (Kemensos). Entah itu dari sisi intelektual, mental, sensorik, dan ganda/multi. Selain itu, Ketua Pusat Layanan Penyakit Langka di  Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo  atau RSCM, Dr. dr. Damayanti Rusli Sjarif Sp.A(K) menyebut diperkirakan ada 10 persen dari total penduduk atau sekitar 25 juta orang yang menderita penyakit langka di Indonesia. Bukankah angka yang cukup fantastis? Maka kuatkanlah hatimu, Bunda! Dan siapkan diri untuk mencari informasi dan komunitas. Minimal kita bisa mendapatkan ilmu tentang penanganan ...

MENGAMBIL HIKMAH (Part 2 "Hadiah Istimewa Untuk Bunda Hebat)

  HADIAH ISTIMEWA UNTUK BUNDA HEBAT Hadiah untuk para ibu yang diuji dengan kesehatan anak Penulis: UmA 2. Mengambil Hikmah Selalu ada hikmah dari setiap kejadian, mungkin agar kita lebih dewasa, atau seringkali agar kita sadar dan kembali meniti jalan kebenaran. Atau terkadang melalui kejadian tersebut, ada pembelajaran istimewa yang Allah ingin hadirkan dalam kehidupan. Itulah yang terjadi saat ujian demi ujian seolah bertumpuk-tumpuk memenuhi tenggorokan. Bunda, cobalah untuk terus berprasangka baik kepada Sang Pencipta. Itulah langkah awal untuk mendidik jiwa ketika musibah menyapa. Sebab prasangka baik akan bernilai pahala dan membuahkan kebahagiaan serta kebaikan. Sebaliknya, berprasangka buruk dan mencela takdir-Nya hanya akan menyisakan kesempitan serta membawa diri dalam jurang keputusasaan. Buruk sangka hanya akan membuat hidup ke depannya lebih sulit, masalah lain pun akan bermunculan. Sungguh, itu terjadi. Mungkin, terus menjaga prasangka baik itu berat, tapi teruslah m...

KISAH KESABARAN DAN KESYUKURAN SAHABAT (PART 10 "Hadiah Istimewa Untuk Bunda Hebat")

  Kisah Kesabaran dan Kesyukuran Sahabat Kisah Kesabaran dan "Suatu hari, aku pernah berada di daerah perbatasan, wilayah Arish di negeri Mesir. Aku melihat sebuah kemah kecil, yang dari kemahnya menunjukkan bahwa pemiliknya adalah orang yang sangat miskin. Lalu aku pun mendatangi kemah yang berada di padang pasir tersebut untuk melihat apa yang ada di dalamnya. Kemudian aku melihat seorang laki-laki. Namun bukan laki-laki biasa. Kondisi laki-laki ini sedang berbaring dengan tangan dan kakinya bunting, telinganya sulit mendengar, matanya buta, dan tidak ada yang tersisa selain lisannya yang berbicara. Dari lisannya orang itu mengucapkan, “Ya Allah berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku. Dan Engkau sangat muliakan aku dari ciptaan-Mu yang lain.” Kemudian aku pun menemuinya, dan berkata kepada orang itu, “Wahai saudaraku, nikmat Allah mana yang engkau syukuri?” Kemudian laki-laki pemilik kemah itu menjawab, “Wahai saudara, diaml...