*Format Pertanyaan*
Nama: Khofifah
Domisili: Jakarta Selatan
Pertanyaan: ustadzah gimana cara kita tidak salah dalam menuntut ilmu agama? Sekarang kan banyak banyak alirannya?
Jawaban:
(Dijawab Oleh Ustazah Zulhelmi, Lc)
✅ Selalu berdoa kepada Allah agar d tunjukkan jalan yang lurus.
✅ Memilih guru..
๐Kriteria Memilih Guru :
Bagaimana kriteria orang yang bisa kita ambil ilmunya?
Ibrahim An Nakha’i rahimahullah mengatakan:
َูุงُููุง ุฅِุฐَุง ุฃَุชَْูุง ุงูุฑَّุฌَُู َِููุฃْุฎُุฐُูุง ุนَُْูู، َูุธَุฑُูุง ุฅَِูู ูุฏูู، َูุฅَِูู ุณَู ْุชِِู، َู ุตูุงุชู, ุซู ุฃุฎุฐูุง ุนูู
“Para salaf dahulu jika mendatangi seseorang untuk diambil ilmunya, mereka memperhatikan dulu bagaimana akidahnya, bagaimana akhlaknya, bagaimana shalatnya, baru setelah itu mereka mengambil ilmu darinya” (Diriwayatkan oleh Ad Darimi dalam Sunan-nya, no.434).
Dari penjelasan beliau di atas, secara garis besar ada 3 kriteria yang perlu diperhatikan dalam memilih guru atau mengambil ilmu dari seseorang:
Akidahnya benar, sesuai dengan akidah Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dan para sahabatnya
Ilmunya mapan, bukan orang jahil atau ruwaibidhah. Diantara cerminannya adalah cara shalatnya benar, sesuai sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam.
Akhlaknya baik
Oleh karena itu Imam Malik rahimahullah berkata :
ูุงَ ُูุคْุฎَุฐُ ุงْูุนِِْูู ُ ุนَْู ุฃَุฑْุจَุนَุฉٍ: ุณٍَِْููู ู ُุนِِูู ุงูุณََِّูู , َู ุตَุงุญِุจِ ََููู َูุฏْุนُู ุฅَِِْููู , َู ุฑَุฌٍُู ู َุนْุฑٍُْูู ุจِุงَْููุฐِุจِ ِْูู ุฃَุญุงَุฏِْูุซِ ุงَّููุงุณِ َูุฅِْู َูุงَู ูุงَ َْููุฐِุจُ ุนََูู ุงูุฑَّุณُْูู ุตََّูู ุงَُّููู ุนََِْููู َูุณََّูู َ , َู ุฑَุฌٍُู َُูู َูุถٌْู َู ุตَูุงَุญٌ ูุงَ َูุนْุฑُِู ู َุง ُูุญَุฏِّุซُ ุจِِู
“Ilmu tidak boleh diambil dari empat orang : (1) Orang bodoh yang nyata kebodohannya, (2) Shahibu hawa’ (ahlul bid’ah) yang mengajak agar mengikuti hawa nafsunya, (3) Orang yang dikenal dustanya dalam pembicaraan-pembicaraannya dengan manusia, walaupun dia tidak pernah berdusta atas (nama) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, (4) Seorang yang mulia dan shalih yang tidak mengetahui hadits yang dia sampaikan” (At Tamhid, karya Ibnu Abdil Barr, 1/66, dinukil dari Min Washayal Ulama, 19).
Maka hendaknya memperhatikan 3 kriteria di atas dan waspadai 4 jenis orang yang disebutkan imam Malik ini.
Dan hendaknya tidak tertipu oleh kepiawaian seseorang dalam berbicara, padahal kosong dari 3 kriteria di atas. Orang yang piawai bicara, bahasanya fasih dan menyihir, kata-katanya indah, belum tentu orang yang layak diambil ilmunya. Bahkan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
ุฅู ุฃุฎูู ู ุง ุฃุฎุงู ุนูู ุฃู ุชู ูู ู ูุงูู ุนููู ุงููุณุงู
“Yang paling aku takutkan terhadap umatku adalah setiap orang munafiq yang pintar berbicara” (HR. Ahmad [1/22], dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah [1013]).
Maka kepandaian berbicara bukanlah ukuran. Syaikh Shalih Al Fauzan menjelaskan:
“Wajib bagi anda wahai kaum Muslimin dan para penuntut ilmu agama, untuk bersungguh-sungguh dalam tatsabbut (cek dan ricek) dan jangan tergesa-gesa dalam menanggapi setiap perkataan yang anda dengar (dalam masalah agama). Dan hendaknya mencari tahu:
* Siapa yang mengatakannya?
* Dari mana datangnya pemikiran tersebut?
* Apa landasannya?
* Adakah dalilnya dari Al Qur’an dan As Sunnah?
* Orang yang mengatakannya belajar dimana?
* Dari siapa dia mengambil ilmu (siapa gurunya)?
Inilah perkara-perkara yang perlu dicek dan ricek. Terutama di zaman sekarang ini.
Maka tidak semua orang yang berkata-kata dalam masalah agama itu langsung diterima walaupun bahasanya fasih, sangat bagus ungkapannya dan sangat menggugah.
Jangan tertipu dengannya hingga anda mengetahui kadar kellmuan dan fikihnya” (Ithaful Qari bit Ta’liq ‘ala Syarhis Sunnah, 85).
Referensi :
Muslim.or.id
Komentar
Posting Komentar