Suatu ketika, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada sahabat beliau,”Jika kamu melewati taman-taman surga, maka singgahlah dengan senang.” Para sahabat bertanya,”Apakah taman-taman surga itu?” Beliau menjawab,”Halaqah-halaqah (kelompok-kelompok) dzikir (mengingat Allah).” (HR. Tirmidzi)
Syaikh Abdur Razaq bin Abdul Muhshin Al Badr, salah seorang dosen Jami’ah Islamiyah di Madinah berkata,”Tidak ada keraguan, bahwa menyibukan dengan menuntut ilmu dan menghasilkannya, mengetahui halal dan haram, mempelajari Al Qur’anul Karim dan merenungkannya, mengetahui Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sirah (riwayat hidup) Beliau serta berita-berita Beliau, adalah *sebaik-baik dzikir dan paling utama*. Majlis-majlisnya adalah majlis-majlis paling baik. Majlis-majlis itu lebih baik daripada majlis-majlis dzikrullah dengan tasbih, tahmid dan takbir. Karena majlis-majlis ilmu berkisar antara fardhu ‘ain atau fardhu kifayah. Sedangkan dzikir semata-mata (hukumnya) adalah tathawwu’ murni (disukai, sunnah, tidak wajib).” [ Fiqhul Ad’iyah Wal Adzkar, 1/104, karya Syaikh Abdur Razaq bin Abdul Muhshin Al Badr).
MasyaAllah
Ukhti.. mari kita melihat bagaimana majelis ilmu menjadi majelis yang begitu utama sebagai majelis dzikir. Majelis yang digambarkan sebagai “taman-taman surga”, majelis yang kita kembali diingatkan tentang Pencipta kita dan bagaimana seharusnya kita menjalani kehidupan dunia ini sesuai yang diridhai-Nya. Bukan demi siapa-siapa, tetapi untuk keselamatan dunia dan akhirat kita.
Ilmu sebagai sumber keselamatan dan keberkahan
Tidakkah kita menyimak dan mentadabburi firman Allah subhanahu wata’ala:
”Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Qs. Al-A'raf: 179)
Ya, iman dan takwa menjadi sebab limpahan keberkahan dari Al-Ghaniyy, Robb kita yang Maha Kaya, yang Memiliki langit dan bumi beserta isinya. Robb yang memberikan kita milyaran sel dalam tubuh kita, dan Dia mampu untuk mencabut nikmat itu dari kita!
Ukhti, tidakkah engkau merenung, sekiranya Allah mencabut nikmat 1 saja urat saraf pada dirimu, mungkin engkau takkan lagi mampu berdiri, stroke, atau lumpuh. Tetapi, Allah menangguhkan banyak dari hukumanNya kepada kita.. Allah menangguhkannya untuk memberi kita waktu kembali kepada Allah tabaraka wata’ala.
“Dan Tuhanmulah yang Maha Pengampun, lagi mempunyai rahmat. Jika Dia mengazab mereka karena perbuatan mereka, tentu Dia akan menyegerakan azab bagi mereka. Tetapi bagi mereka ada waktu yang tertentu (untuk mendapat azab) yang mereka sekali-kali tidak akan menemukan tempat berlindung dari padanya.” (Qs Al-Kahfi: 58)
Dan ukhti, kita takkan mampu untuk menyempurnakan iman dan takwa kita, kecuali dengan ilmu. Apa itu iman? Apa itu takwa? Bagaimana cara berislam, beriman, berihsan kepada Allah? Apakah Allah ridha dengan muamalah kita kepada-Nya juga kepada hamba-Nya? Ah, begitu banyak tanya.. begitu banyak hal yang butuh untuk kita pelajari.
Bahkan terhadap Al-qur’an pun, sumber ilmu utama kita, kita masih awwam/tidak paham dan jarang mentadabburinya. Astaghfirullah..
Begitu butuhnya kita kepada ilmu agama, lebih butuh dari makan dan minuman
Betapa sering kita merasa merana saat tak memberi makan jasad kita. Kita, yg mungkin begitu terbiasa utk memanjakan diri dengan berbagai keinginan. _Tetapi, seringkali kita lupa memberi makan sebuah daging di dalam tubuh kita yg kata Rasulullah, kalau ia baik maka baiklah seluruh tubuh yg lain dan kalau buruk maka buruklah seluruh anggota tubuh._ Dan ia bernama “hati”. Hati yang bersih, sumber kebahagiaan dunia dan akhirat. Dan ilmu agama, ma’rifatullah (kenalnya kita dengan Allah), muraqabatullah, adalah makanan bergizi bagi hati kita yang begitu lemah ini.
Allah tabaraka wata’ala berfirman:
“Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna *kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih* ” (QS. Asy Syu’aro’: 87-89).
Jalan menuju Surga
Ukhti, tahukah kita? Begitu mulianya ilmu agama itu, hingga para sahabat Rasulullah dan generasi setelah beliau, bahkan para salafus shalih begitu bersemangat meraihnya? Mereka rela berdarah-darah dan kelaparan, untuk mendapatkan 1 hadits Rasululullah. Sebab mereka tahu, di surah At-taubah: 122, menuntut ilmu setara dengan jihad fii sabilillah.. dan juga bahwa satu keutamaan luar biasa ilmu ialah bahwa ia adalah jalan yg membuatnya dimudahkan menuju surga.
(Dari hadits yg diriwayatkan oleh Imam Muslim, “Barangsiapa yg menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu maka Allah akan mudahkan jalannya menuju surga”)
Perjalanan panjang kita dari alam kubur, ke padang mahsyar, melalui sirath.. perjalanan yg saaangat berat dan mengkhawatirkan.. dan berjuang menjadi seorang penuntut ilmu di dunia ini.. dengan segala ujian dan rintangannya.. kita berharap, Allah akan mudahkan jalan kita ke surga.. Aamiin..
Ukhti, banyak sekali keutamaan ilmu dan penuntut ilmu.. yang mampu sy sebutkan hanya 3 tapi sudah begitu luar biasa! Maka jangan sampai kita menjadi orang-orang yang ogah-ogahan masuk surga. Kata Rasulullah, orang yang enggan masuk surga adalah yang tidak mengikuti beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Lantas bagaimana mau mengikuti beliau tanpa ilmu tentang agama ini? Sedangkan yang beliau ajarkan kepada kita adalah perihal ilmu agama.
Maka yang manakah ilmu agama itu?
*Imam Ibnul Qayyim berkata,”Ilmu adalah: Allah berfirman (Al-qur’an), Rasul bersabda (hadits/sunnah Rasulullah), dab para sahabat berkata (atsar)”.*
Maka yuk, kita nikmati taman surga ini. Walau hanya dari layar HP kita 😊.
Sumber Inspirasi:
https://almanhaj.or.id/3001-keutamaan-dan-bentuk-majlis-dzikir.html
https://rumaysho.com/2833-menghadap-allah-dengan-hati-yang-bersih.html
Penulis: Ummu Arqam
Yuk gabung bersama kami di grup Sharing Muslimah Jaksel dengan mendaftar ke
Komentar
Posting Komentar