Ukhti, di antara kita pasti berharap bisa menghidupkan malam dan siang dengan ibadah terutama pada detik-detik perpisahan dengan Ramadhan, bulan yang mulia. Tetapi, jika ternyata akhir-akhir Ramadhan ternyata harus kita lalui dengan kenyataan bahwa tamu bulanan atau HPL sudah tenggat (bagi yang hamil), tentu menjadi kesedihan dan dilema tersendiri: Bagaimana kita akan berpisah dengan bulan penuh berkah ini? Terlebih lagi, di salah satu malam ada Lailatul Qadr.
Ukhti, bersyukurlah saat kesedihan itu muncul dari hati. Mudah-mudahan ia adalah tanda iman dan dengan hal tersebut, kebaikan-kebaikan yang sudah kita niatkan akan tetap diganjar pahala oleh Allah ‘azza wa jalla.
Sebaliknya, jika kita merasa lega atau bahkan bahagia, beristighfarlah dan cela-lah hati kita serta ajak ia untuk bersedih. Sebab kita akan berpisah dengan hari-hari penuh kemuliaan yang mungkin takkan pernah kita dapatkan lagi. Semoga dengan memaksa hati kita untuk bersedih, keimanan kita bertambah dan Allah ‘azza wa jalla mengampuni kita semua.
*Ridha dengan Takdir Allah ‘azza wa jalla*
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menemui ‘Aisyah di kemahnya ketika haji wada’. Ketika itu, ‘Aisyah telah melakukan ihram untuk umrah, namun tiba-tiba datang haid sebelum sampai ke Mekah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menemui ‘Aisyah, sementara dia sedang menangis. Sang suami yang baik bertanya, “Apa yang menyebabkan kamu menangis?” ‘Aisyah menjawab bahwa dia sedang sakit. Nabi menasehatkan, “Ini adalah keadaan yang telah Allah tetapkan untuk para anak wanita Adam” (Fatwa islam, no. 13738)
*Berharap Pahala dari Allah*
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا
“Jika salah seorang sakit atau bersafar, *maka ia dicatat mendapat pahala seperti ketika ia dalam keadaan mukim (tidak bersafar) atau ketika sehat*.” (HR. Bukhari no. 2996).
Karena wanita haid termasuk sakit, yaitu sakit yang ringan. Maka mereka tetap mendapat pahala sebagaimana sehat. (Muslimah.or.id)
Mudah-mudahan, Ridha nya kita dengan ketetapan terbaik dari Allah ta’ala dan tetap penuh harap terhadap balasan dari Allah ta’ala turut menambah kebaikan kita di sisi Allah ta’ala.
Alhamdulillah, setelah membahas tentang ridha dan tetap ihtisab. Berikut beberapa amalan yang bisa kita lakukan untuk menghidupkan hari terakhir Ramadhan walau sedang haid:
_*1. Menyediakan Makanan Sahur dan Berbuka*_
“Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.” (HR. Tirmidzi no. 807, Ibnu Majah no. 1746, dan Ahmad 5: 192. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Dengan menyediakan sahur pun, semoga Allah ta’ala mencatata kita sebagai orang yang membantu dalam kebaikan dan turut mendapat keutamaan.
_*2. Berdzikir dan Berdo’a*_
Haid atau nifas yang menghalangi seorang wanita dari shalat dan puasa tentu akan berpengaruh pada kondisi mentalnya. Sehingga berdzikir dan berdo’a adalah amalan yang sangat utama untuk menopang keimanan sebagaimana firman Allah:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal,” (Qs Al-Anfal:2)
Di antara do’a yang dianjurkan untuk banyak dibaca terutama pada malam hari adalah:
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى
‘Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu anni’ [artinya: Ya Allah, Engkau Maha Memberikan Maaf dan Engkau suka memberikan maaf—menghapus kesalahan–, karenanya maafkanlah aku—hapuslah dosa-dosaku–]
(HR tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)
_Bersambung In syaa Allah_
*Hanya dengan 10.000 Ukhti Telah Mendukung Dakwah Muslimah Wahdah Jakarta Selatan dengan bersedekah melalui:*
Rek BSI 7474732333 a.n Muslimah WI Jakarta Selatan
_Konfirmasi transfer_: wa.me/6285298097096
Komentar
Posting Komentar