Membenahi Ukhuwah Kita
Oleh: umA di Bumi Allah
Ukhuwah itu bukan fatamorgana
Ia sungguh benar-benar ada
Hanya saja, suka tak suka, hari ini kita dihadapkan kenyataaan berat
Ukhuwah, entah mengapa, seolah mati rasa
Masih adakah penerus Sa’ad bin Ar-Rabi yang rela melepaskan hartanya hingga separuhnya untuk saudaranya yang berhijrah karena Allah?
Masih adakah penerus Salman Al-Farisi yang bahkan meridhai dan turut berbahagia ketika ternyata wanita idamannya malah memilih sahabatnya sendiri?
Masih adakah penerus 3 sahabat di Perang Yarmuk yang saling merelakan air di saat sakaratnya hingga mereka rela menjemput syahid dalam keadaan dahaga?
Allahu akbar..
Masih adakah wajah manis yang seharusnya bisa lebih indah kepada saudara seiman yang sama-sama berjuang di jalan Allah?
Masih adakah tegur sapa ringan yang boleh jadi menguatkan jiwa yang sedang resah?
Kemanakah rangkulan-rangkulan yang saling menguatkan, padahal kita berkata ‘sama-sama pejuang Allah’?
Banyak yg memilih mundur nyatanya bukan karena berpaling dari Allah..
Mereka memilih mundur karena merasakan sikap yang berubah ketika memilih medan dakwah
Ukhuwah yang diharapkan menjadi “rumah” setelah penatnya ujian, ternyata tak ada kehangatan
Tentu.. benar.. semua ada andil setan laknatullah
Tapi.. tidakkah kita merenungkan.. apa yang salah dengan ukhuwah kita?
Bukankah ilmu seharusnya membuat penuntutnya semakin berkasih sayang dengan sesamanya?
Lalu mengapa, ilmu seolah membuat kita lebih tertarik dengan diri kita masing-masing dan lupa dengan hal-hal sederhana yang bisa menggoreskan senyuman di wajah saudara..
Seolah ukhuwah adalah keharusan yang pasti ada hanya dengan keberadaan
Padahal keluarga saja tak hanya butuh keberadaan tapi kualitas kebersamaan, bukan?
Ya, ukhuwah itu tidak datang dengan sendirinya..
Ia butuh dirajut perlahan, selangkah demi selangkah, seperti membuat sebuah pakaian dari seutas benang, butuh kesabaran..
Kenapa ukhuwah terasa hambar? Boleh jadi karena kita tidak menjalaninya dengan rasa, hanya dengan retorika belaka.. tentu semuanya setelah taufik dari Allah tabaraka wata’ala
“Kelapangan dada”, itulah tahap pertama yang kita diajarkan bukan?
Lapang untuk memberi, lapang pula untuk menerima..
Lapang dengan kebaikan, lapang pula dengan kelemahan saudara kita..
Lapang dengan pujian, lapang pula dengan kritikan.. tapi jika untuk kebaikan, kenapa baperan?
Ukhuwah.. ya ukhuwah ini terajut karena iman, kan, kawan?
Maka, bukankah orang-orang beriman itu punya tali kokoh yang bernama “laa ilaaha illallaah”?
Maka bukankah kita semua butuh berbenah
Menyentuh relung hati kita dan mulai bertanya: “apakah kita telah berukhuwah karena Allah?”
Ya, semua memang karena pertolongan Allah
Tapi bukankah Allah takkan mengubah nasib suatu kaum sebelum mereka mengubah nasib mereka sendiri
Maka tidakkah kita mau membenahi ukhuwah kita?
Mulai dari hal-hal sederhana: lapang untuk memulai sebuah pembicaraan, mungkin terkesan dipaksakan, tapi mungkin di sanalah celah eratnya hubungan kita mulai, biidznillah
وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ ۚ
“dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang beriman yang mengikutimu.” (Qs. Asy-syu’ara: 215)
_Tafsir Ringkas Kemenag RI_
Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang beriman yang mengikutimu. Jangan kamu bertindak kasar terhadap mereka, karena mereka akan lari darimu, padahal mereka adalah pembantumu yang utama dalam berdakwah. Perjalanan dakwah tidak selamanya mulus. Ada banyak rintangan, antara lain pembelotan dari pengikut.
-sebuah nasihat untuk diri sendiri yg belajar memaknai ukhuwah, terima kasih untuk semua pihak yang Allah kirimkan sebagai tangan-Nya yang mengajarkan diri ini tentang persaudaraan. Sungguh persaudaraan karena Islam, itu lebih kuat dunia dan akhirat.-
Salam ukhuwah.. semoga Allah menyatukan hati-hati kita di atas ketaatan kepadaNya
Komentar
Posting Komentar