Langsung ke konten utama

MENJAUHI NERAKA DENGAN SEPOTONG KURMA

 


REDAKSI HADIS:

عَنْ عَدِيِّ بْنِ حَاتِمٍ رضي الله عنه قَال: ذَكَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ النَّارَ فَتَعَوَّذَ مِنْهَا وَأَشَاحَ بِوَجْهِهِ ثُمَّ ذَكَرَ النَّارَ فَتَعَوَّذَ مِنْهَا وَأَشَاحَ بِوَجْهِهِ -قَالَ شُعْبَةُ أَمَّا مَرَّتَيْنِ فَلَا أَشُكّ- ثُمَّ قَالَ: اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ فَإِنْ لَمْ تَجِدْ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ

Dari ‘Ādī bin Ḥātim raḍiyallāhu ‘anhu, dia berkata,  “Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam menyebut tentang neraka, lalu beliau memohon perlindungan darinya sambil memalingkan wajahnya, kemudian beliau menyebutkan tentang neraka lagi lalu memohon perlindungan darinya sambil memalingkan wajahnya.” Syu’bah (salah seorang perawi hadis) berkata, “Adapun sebanyak dua kali, saya tidak ragu bahwa beliau (Nabi) mengatakan dan melakukannya.” Kemudian Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Takutlah kalian (jauhkanlah diri kalian) dari neraka walau dengan sepotong kurma, jika tidak mendapatkan (sepotong kurma), hendaknya dengan perkataan yang baik.


TAKHRIJ HADIS:

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhārī dalam kitabnya, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, kitab al-Adab, Bab “Perkataan yang Baik”, nomor 6023, dan Imam Muslim dalam kitabnya, Ṣaḥīḥ Muslim, kitab al-Zakāh, Bab “Motivasi untuk Bersedekah Walaupun dengan Sepotong Kurma”, nomor 1016.

BIOGRAFI SINGKAT SAHABAT PERAWI HADIS(1)

‘Ādī bin Ḥātim bin Abdullāh al-Ṭa’ī, anak dari Ḥātim al-Ṭa’ī, adalah seorang yang sangat terkenal dengan kedermawanannya di masa jahiliah. Kuniyah dari Adi adalah Abu Ṭarif. Beliau masuk Islam pada tahun 9 H dan sebelumnya beragama Nasrani. Pada saat Nabi wafat, banyak yang murtad, namun beliau tetap teguh dengan keislamannya. Hal itu ditunjukkan oleh beliau dengan membawa zakat yang dikumpulkan dari kaumnya ke khalifah Abu Bakar. Beliau membawa zakat unta tersebut ke Madinah yang sementara berkobar dengan peperangan disebabkan penumpasan kaum yang murtad dan enggan membayar zakat oleh khalifah Abu Bakar al-Ṣiddīq raḍiyallāhu ‘anhu. Kaum muslimin waktu itu sangat mengapresiasi sikap dari ‘Ādī bin Ḥātim. Beliau ikut serta dalam penaklukan Irak, juga ikut bersama ‘Ālī bin Abī Ṭālib raḍiyallāhu ‘anhu dalam perang Jamal, Ṣiffīn dan Nahrawan. ‘Ādī bin Ḥātim juga terkenal sebagai ahli ibadah. Beliau pernah berkata, “Sejak aku masuk Islam, tidak pernah ikamah untuk salat berjemaah dikumandangkan di masjid kecuali aku sudah dalam keadaan berwudu.” ‘Ādī bin Ḥātim wafat di Kufah pada tahun 68 H dalam usia yang mencapai 120 tahun dan ada yang mengatakan 180 tahun, raḍiyallāhu ‘anhu .

FAEDAH DAN KESIMPULAN:

  1. Disyariatkannya bagi seorang muslim untuk senantiasa menyebut dan mengingat tentang bahaya neraka.
  2. Disyariatkannya berlindung kepada Allah ‘azza wa jalla dari bahaya api neraka dan mengulang-ulanginya.
  3. Ketelitian dan kehati-hatian Syu’bah bin Hajjaj(2) dalam meriwayatkan hadis Nabi ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam; dimana beliau menyebutkan riwayat bahwa Nabi melakukannya selama dua kali. Adapun terkait dengan tambahannya, ada atau tidak, beliau agak ragu sehingga beliau menjelaskannya.
  4. Orang-orang beriman wajib takut terhadap bahaya neraka dan hal itu dibuktikan dengan melakukan amalan-amalan yang bisa menjauhkannya dari api neraka.
  5. Bersedekah dengan sepotong kurma jika diniatkan ikhlas kepada Allah subḥānahu wa ta’ālā dan hanya itu kesanggupan yang dimilikinya maka hal tersebut dapat menjauhkan seseorang dari api neraka.
  6. Seorang muslim seharusnya senantiasa loba dalam kebaikan walaupun dengan amalan yang mungkin dipandang remeh oleh kebanyakan manusia.
  7. Sedekah merupakan salah satu amalan saleh yang bisa menjadi perisai bagi seseorang dari api
  8. Seorang yang tidak mampu melakukan salah satu jenis kebaikan maka hendaknya tidak menyerah bahkan segera mencari kebaikan lain yang mampu dikerjakannya.
  9. Pintu-pintu kebaikan dalam Islam begitu banyak, di antaranya adalah melakukan segala sesuatu yang bisa menyenangkan orang lain selama amalan tersebut diridai oleh Allah ’azza wa jalla.
  10. Perkataan yang baik kepada orang lain adalah salah satu kebaikan yang mulia dan bernilai sedekah.

Footnote:

(1) Lihat biografi beliau di: Al-Isti’āb fī Ma’rifah al-Asḥāb karya Ibnu ‘Abdilbarr (3/1057), Usdu al-Gābah karya Ibnu al-Aṡīr (4/7) dan al-Iṣābah fī Tamyīz al-Ṣaḥābah karya Ibnu Hajar al-Asqalanī (4/388).

(2) Nama lengkap beliau: Syu’bah bin al-Hajjāj bin al-Ward al-Atakī maulāhumkuniyah-nya adalah Abu Bishṭām al-Wāsiṭī al-Baṣrī. Beliau adalah seorang perawi hadis yang terkenal sebagai iqah, hafiz dan mutqin. Sufyān al-Ṡaurī menggelarinya sebagai Amirul Mukminin dalam bidang hadis. Beliau yang pertama kali meneliti dan memeriksa para perawi hadis di Irak. Beliau juga terkenal dengan kesungguhannya membela sunah dan ahli ibadah. Syu’bah wafat tahun 160 H. Lihat biografi beliau di Taḥżīb al- Taḥżīb (4/338) dan Taqrīb al- Taḥżīb (no. 2790).

https://markazsunnah.com/menjauhi-neraka-dengan-sepotong-kurma/




Komentar

Postingan populer dari blog ini

PELIPUR LARA (Part 1 "HADIAH ISTIMEWA UNTUK BUNDA HEBAT")

  HADIAH ISTIMEWA UNTUK BUNDA HEBAT Hadiah untuk para ibu yang diuji dengan kesehatan anak Penulis: UmA Muqaddimah Bismillahirrahmanirrahiim Dengan memohon pertolongan Allah ta’ala kami memulai buku saku sederhana ini. Buku yang kami harapkan dapat menjadi teman dan pengingat. Tidak ada yang kami harapkan kecuali ridha Allah ta’ala atas karya sederhana ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliaulah teladan terbaik, termasuk ketika menghadapi ujian.  Buku ini hadir karena pengalaman pribadi yang ingin saling menguatkan terutama kepada para Bunda yang dihadiahkan anak istimewa. Begitu banyak pergolakan, penolakan, penerimaan, pemaafan, hingga perjuangan untuk melangkah maju yang bunda-bunda rasakan. Kami berharap semoga setiap langkah berbuah manis di sisi Allah ta’ala. Ini pertama kali kami menyusun buku sehingga pasti banyak kekeliruan dan kekurangan, semoga pembaca bisa memaafkan khilaf kami. Tentu pembahasan tentang perkar

TENTANG PILIHAN ALLAH (Part 3 "Hadiah Istimewa Untuk Bunda Hebat")

  HADIAH ISTIMEWA UNTUK BUNDA HEBAT Hadiah untuk para ibu yang diuji dengan kesehatan anak Penulis: UmA 3. Tentang Pilihan Allah “Sabarlah dengan ujian ini, kamu adalah wanita pilihan”, kurang lebih begitulah bunyi kalimat penyemangat yang sering disampaikan kepada para bunda yang sedang diuji dengan anak mereka. Sekilas, kalimat ini memang tampak meotivasi, tapi tahukah? Ternyata bagi para bunda yang sedang dalam proses menjalani ujian menemani buah hatinya dalam masa-masa kritis ternyata kalimat ini membuat mereka sedih dan tak terima. Sebut saja Bunda A, yang harus menemani sang anak selama 4 bulan di Rumah sakit dengan perjuangan stoma* anak yang sangat butuh perhatian. Ya, awal masuk Rumah sakit karena usus buntu pecah dan cukup parah sehingga harus kolostomi, ditambah terpapar covid ketika dirawat sehingga operasi tutup kolostomi pun harus terus tertunda, perjalanan batin sang ibu tentu penuh dengan dinamika. Dan ia pun berkata, “Jika orang bilang ‘kamu dipilih’, saya tidak perna

IRINGI DENGAN KETAATAN (PART 5 "Hadiah Istimewa untuk Bunda Hebat")

  Iringi dengan Ketaatan Penulis: umA “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia  berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran .” (Terjemah Q.s. Al-Baqarah: 186) Allah ta’ala pasti akan mengabulkan do’a selama seseorang menjauhi hal-hal yang menyebabkan do’a itu terkatung-katung atau tertolak, misalnya makanan dan pakaian haram. Di sisi lain, Allah ta’ala pun membocorkan sebab-sebab do’a itu mudah dimakbulkan. Selain dengan memenuhi adabnya, juga mengiringi do’a itu dengan ketaatan. Allah  Ta’ala  juga berfirman, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِين َ “ Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar ”  (QS. Al Baqarah: 153) Dalam konteks ayat tersebut