Langsung ke konten utama

Covid-19 Mengajarkan Arti Kerinduan


Oleh: Ustazah Rusni Haris

Sepekan sudah  stay at home,  mengikuti arahan pemerintah dan ulama' untuk  social distancing. Salah satu ikhtiar agar virus corona tidak menyebar luas dan untuk memutus mata rantai penyebarannya. Bosan...? Sudah pasti. Apalagi anak - anak, mereka pada nangis   minta keluar. Ditambah temannya yang pada datang ngajak main, wah...bertambahlah drama meweknya.

Covid-19 yang menjadi wabah pandemi,  membuat kocar kacir penduduk bumi tak terkecuali Indonesia. Hingga kemudian  pemerintah dan ulama' memberikan arahan untuk menghindari berkumpul - kumpul meskipun untuk kebaikan. Kegiatan sholat jumat dan sholat berjama'ah 5 waktu pun ditiadakan dan diganti dengan sholat di rumah.

Sedih...? Tentu iya. Bagi laki - laki, ia  terhalang untuk meraih pahala berjama'ah  apalagi sholat jumat yang merupakan hari raya pekanan. Sedih... karena tidak bisa berkumpul dengan teman - teman, bermajelis ilmu dan mengkaji Al Quran. Sedih...karena target - target dakwah yang sudah direncanakan dengan begitu matang, harus ditunda (mudah - mudahan sementara saja) sampai kondisi kembali kondusif.

Sepekan lamanya di rumah, mengajarkan kita  banyak hal. Mengajari bersyukur atas kondisi aman dan nyaman yang selama ini lupa untuk kita mensyukurinya kepada Sang pemilik nikmat, Allahu Rabbul 'alamin. Covid-19 mengajarkan kita arti kerinduan. Kerinduan atas sesuatu yang telah hilang. Ya...kerinduan atas nikmat yang telah dicabut oleh Allah.

Benar kata dilan (hehehe jangan ditiru) bahwa rindu itu berat, kita tidak akan kuat. Covid-19 telah mengajarkan beratnya memendam rasa rindu. Rindu untuk berjama'ah di mesjid yang sebelumnya sering dilalaikan karena alasan sibuk dengan kerjaan hingga menomor duakannya.

Rindu untuk berkumpul di majelis ilmu, mengkaji Al Quran dan menghafalkannya tapi kini aktifitas itu pun ditiadakan untuk kemaslahatan bersama.

Rindu bertemu dan berkumpul dengan akhawat, bercengkrama dan tertawa bersama.  Kini terhalang dan hanya bisa bertanya kabar lewat medsos. Berpelukan dari jauh untuk mengekspresikan kerinduan dan kekhawatiran akan kondisi masing - masing.

Rindu dengan aktivitas dakwah yang sebelumnya sering kita lalaikan dan banyak beralasan untuk menghindarinya. Alasan yang itu - itu melulu.

Rindu dengan teman seperjuangan, teman duduk bermusyawarah, bersama merancang planing dakwah kedepan. Teman yang sesekali berseteru dengan kita karena pandangan yang berbeda. Tapi kini..., ia dirindukan kehadirannya.

Rindu dengan murabbiyah kita yang  sering kita lalaikan tugas yang beliau berikan dengan alasan yang sebenarnya murabbiyah kita pun sedang menghadapi problem yang sama namun beliau memaksakan untuk datang mengisi halaqah tarbiyah kita.

Rindu dengan mutarabbiyah (binaan)  yang mungkin sering menguji kesabaran  ketika menuntunnya mengucapkan alif ba ta dengan baik dan sesuai dengan tajwidnya. Kini semua   menjadi hal yang dirindukan padahal sebelumnya dilalaikan.

Allahu Rabbi... Ramadhan sudah di depan mata. Ia sudah ada di depan pintu seakan  mengulurkan tangan dan berkata "ahlan wa sahlan wahai fulanah, akankah engkau akan  menyambutku dengan penuh kebahagian ?".

Allahu Rabbi...ampuni kelalaian kami, ampuni sikap kami yang kufur nikmat dan lupa bersyukur. Angkat wabah ini segera dan izinkan kami menjemput ramadhan yang sudah di depan pintu. Izinkan kami menjalani ramadhan dengan aman, nyaman dan damai hingga kami bisa beribadah dan meraih rahmat dan ampunanMu di bulan mulia itu.

#IkutiArahanPemerintahdanUlama'
#StayAtHome
#SocialDistancing

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BUNDA, JANGAN BERSENDIRIAN (PART 11 "Hadiah Istimewa Untuk Bunda Hebat")

  BUNDA, JANGAN BERSENDIRIAN Bunda, jangan merasa sendiri. Tentu karena memang kita tak pernah sendirian, sebab Allah ta’ala Maha Melihat dan Mengawasi kita. “Dan Allah bersama kamu (dengan ilmu-Nya) di mana saja kamu berada.” [QS. Al-Hadid: 4] Kemudian, Bunda, apa yang Bunda alami bukan hanya Bunda satu-satunya. Berdasarkan data berjalan 2020 dari Biro Pusat Statistik (BPS), jumlah penyandang disabilitas di Indonesia mencapai 22,5 juta atau sekitar lima persen (Kemensos). Entah itu dari sisi intelektual, mental, sensorik, dan ganda/multi. Selain itu, Ketua Pusat Layanan Penyakit Langka di  Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo  atau RSCM, Dr. dr. Damayanti Rusli Sjarif Sp.A(K) menyebut diperkirakan ada 10 persen dari total penduduk atau sekitar 25 juta orang yang menderita penyakit langka di Indonesia. Bukankah angka yang cukup fantastis? Maka kuatkanlah hatimu, Bunda! Dan siapkan diri untuk mencari informasi dan komunitas. Minimal kita bisa mendapatkan ilmu tentang penanganan ...

MENGAMBIL HIKMAH (Part 2 "Hadiah Istimewa Untuk Bunda Hebat)

  HADIAH ISTIMEWA UNTUK BUNDA HEBAT Hadiah untuk para ibu yang diuji dengan kesehatan anak Penulis: UmA 2. Mengambil Hikmah Selalu ada hikmah dari setiap kejadian, mungkin agar kita lebih dewasa, atau seringkali agar kita sadar dan kembali meniti jalan kebenaran. Atau terkadang melalui kejadian tersebut, ada pembelajaran istimewa yang Allah ingin hadirkan dalam kehidupan. Itulah yang terjadi saat ujian demi ujian seolah bertumpuk-tumpuk memenuhi tenggorokan. Bunda, cobalah untuk terus berprasangka baik kepada Sang Pencipta. Itulah langkah awal untuk mendidik jiwa ketika musibah menyapa. Sebab prasangka baik akan bernilai pahala dan membuahkan kebahagiaan serta kebaikan. Sebaliknya, berprasangka buruk dan mencela takdir-Nya hanya akan menyisakan kesempitan serta membawa diri dalam jurang keputusasaan. Buruk sangka hanya akan membuat hidup ke depannya lebih sulit, masalah lain pun akan bermunculan. Sungguh, itu terjadi. Mungkin, terus menjaga prasangka baik itu berat, tapi teruslah m...

KISAH KESABARAN DAN KESYUKURAN SAHABAT (PART 10 "Hadiah Istimewa Untuk Bunda Hebat")

  Kisah Kesabaran dan Kesyukuran Sahabat Kisah Kesabaran dan "Suatu hari, aku pernah berada di daerah perbatasan, wilayah Arish di negeri Mesir. Aku melihat sebuah kemah kecil, yang dari kemahnya menunjukkan bahwa pemiliknya adalah orang yang sangat miskin. Lalu aku pun mendatangi kemah yang berada di padang pasir tersebut untuk melihat apa yang ada di dalamnya. Kemudian aku melihat seorang laki-laki. Namun bukan laki-laki biasa. Kondisi laki-laki ini sedang berbaring dengan tangan dan kakinya bunting, telinganya sulit mendengar, matanya buta, dan tidak ada yang tersisa selain lisannya yang berbicara. Dari lisannya orang itu mengucapkan, “Ya Allah berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku. Dan Engkau sangat muliakan aku dari ciptaan-Mu yang lain.” Kemudian aku pun menemuinya, dan berkata kepada orang itu, “Wahai saudaraku, nikmat Allah mana yang engkau syukuri?” Kemudian laki-laki pemilik kemah itu menjawab, “Wahai saudara, diaml...