Langsung ke konten utama

DRAMA SI KECIL IMBAS DARI COVID 19

Oleh: Nurlaela.Dj ummu Muhammad


Dzuhur kemarin ketika adzan mesjid berkumandang begitu lantang. Si dede yang tadinya hendak ber-qailullah bersamaku dan sudah dalam kondisi setengah sadar, tiba-tiba terbangun & bergegas turun dari kasur.
 "Ajan solah.. Solah" begitu ia memberi tahuku, bahwa sudah adzan waktunya sholat. Kemudian ia setengah berlari menuju ke kamar omnya, yang berada tepat didepan kamar kami "om.. om solah.. Solah". Tapi karena ia dapati tidak ada siapa-siapa di dalam kamar, ia pun kembali bergegas membuka laci kecil & mengambil peci kesayangannya.


 Aku yang sedari tadi hanya melihat dari kamar & tidak membantu si dede menyiapkan pakaian seperti biasa untuk ke mesjid, karena memang semalam abinya sudah berpesan bahwa Muhammad sementara ini tidak usah dibawa ke mesjid dulu karena kondisi fisiknya sedang tidak begitu fit, khawatir akan mudah terinfeksi oleh virus. Pagar yg sudah ku tutup rapat, ku anggap aman & si dede tdk akan kemana-mana . Drrzzzzz suara pagar trbuka. sungguh tak kusangka, tangan mungilnya ternyata sudah cukup kuat untk menggeser pagar rumah. Dalam kondisi panik kupanggil dia namun hanya menengok & trus berjalan sambil sesekali berlari kecil.
 Segera kuambil pakaian dan niqobku, bahkan tak tahu lagi, apakah niqobku sudah terpasang dengan baik atau tidak. Segera kususul si dede, dengan panik dan berlari ngos-ngosan sekuat-kuatnya  karna terus terbayang jalan ke mesjid melewati penyeberangan di jalan utama komplek tempat kami tinggal. Ya Rabb, kira-kira sekitar 2 m lagi dari penyeberangan Alhamdulillah akhirnya aku bisa meraihnya!
Segera kugendong dia dalam posisi ia menangis dan menghentak-hentakan badannya.
"Sayang, hari ini sholatnya di rumah saja ya..", kupeluk dan coba kutenangkan ia yang nampaknya sangat sedih karena tak bisa ke mesjid. Ia terus mengamuk "sholah .. Sholah" teriaknya disela-sela tangisannya. Bahkan sampai di rumah pun, ia terus mengamuk dan mencoba membuka pagar yang sudah kukunci, terus saja ia brguling-guling dan sesekali bangun  mencoba untuk menggedor-gedor pagar kembali.
Kuajak ia untuk masuk dan coba kupahamkan.
"Sayang, beberapa hari ini Muhammad sholatnya di rumah ya sayang, belum bisa ke mesjid dulu". Ia terus saja menangis & sepertinya ia benar-benar sangat terpukul. Mengapa tak bisa ke mesjid? Mungkin bgitu ia berfikir.
Setelah tangisannya tak begitu menggelegar lagi, kupeluk ia lagi & coba kupahamkan dengan kalimat-kalimat yang kuanggap bisa ia cerna, akhirnya kurang bebrapa menit setelah itu iapun nampak menyeka air matanya yang sedari tadi tumpah dengan emosi.
Kemudian ia kembali membenarkan pecinya & bergegas menghamparkan sajadah lalu sholat. Entahlah apakah ia benar-benar paham atas penjelasanku ataukah ia hanya lelah menangis & putus asa. Apapun itu, aku berharap semoga tidak ada lagi drama seperti ini di setiap adzan di kumandangkan.

Mungkin kesedihan Muhammad kecilku yang usianya baru genap 2 thn di 3 bulan kemarin tak begitu berarti dibandingkan KESEDIHAN dan KEGUNDAHAN kaum Muslimin imbas dari Covid 19 ini. Yaa kesedihan mereka karna harus terhalang dari begitu banyak kebaikan, kesedihan mereka ketika esok mesjid-mesjid benar-benar harus sepi dari para pemakmurnya, ketika aktivitas dakwah dan thalibul 'ilm mesti dengan alternatif jarak jauh atau bhkan off beberapa waktu kedepan.
Kesedihan & sesaknya para pejuang ketika planing-planning dakwah yang sudah dirancang sedemikian matang harus terkendala & bahkan tak bisa berjalan sebgaimana mestinya. Tak terbayang kesedihan orang-orang yang haus akan 'ilmu harus menahan kerinduan dari nikmatnya duduk dalam majelis.
Huuhh.. Ya Rabb semoga hanya 14 hari, ya 14 hari ini saja. Setelah itu Engaku angkat Wabah ini ya Rabb dgn Rahmat & Kuasa_Mu dan semuanya kembali seperti dulu bahkan lebih baik.

Semoga ujian yang Kau turunkan beberapa waktu lamanya ini, telah mampu membuat kami mengambil pelajaran dan kembali mendekap kepada_Mu. Mampu mendidik hati-hati kami yg abai ini, menjadi hati yang peka & peduli pada derita saudara seiman kami yang sungguh jauh lebih berat ujiannya. Di Gaza mereka diblokade beberapa abad lamanya, tak lagi mampu mereka beribadah dengan rasa aman, di Suria, Myanmar, Uighur, India dst.  Sungguh tak terukur lagi derita & peluh mereka ..

لا إله إلا أنت سبحانك إنا كنا من الظالمين، نستغفرك يا رب......

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PELIPUR LARA (Part 1 "HADIAH ISTIMEWA UNTUK BUNDA HEBAT")

  HADIAH ISTIMEWA UNTUK BUNDA HEBAT Hadiah untuk para ibu yang diuji dengan kesehatan anak Penulis: UmA Muqaddimah Bismillahirrahmanirrahiim Dengan memohon pertolongan Allah ta’ala kami memulai buku saku sederhana ini. Buku yang kami harapkan dapat menjadi teman dan pengingat. Tidak ada yang kami harapkan kecuali ridha Allah ta’ala atas karya sederhana ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliaulah teladan terbaik, termasuk ketika menghadapi ujian.  Buku ini hadir karena pengalaman pribadi yang ingin saling menguatkan terutama kepada para Bunda yang dihadiahkan anak istimewa. Begitu banyak pergolakan, penolakan, penerimaan, pemaafan, hingga perjuangan untuk melangkah maju yang bunda-bunda rasakan. Kami berharap semoga setiap langkah berbuah manis di sisi Allah ta’ala. Ini pertama kali kami menyusun buku sehingga pasti banyak kekeliruan dan kekurangan, semoga pembaca bisa memaafkan khilaf kami. Tentu pembahasan tentang perkar

TENTANG PILIHAN ALLAH (Part 3 "Hadiah Istimewa Untuk Bunda Hebat")

  HADIAH ISTIMEWA UNTUK BUNDA HEBAT Hadiah untuk para ibu yang diuji dengan kesehatan anak Penulis: UmA 3. Tentang Pilihan Allah “Sabarlah dengan ujian ini, kamu adalah wanita pilihan”, kurang lebih begitulah bunyi kalimat penyemangat yang sering disampaikan kepada para bunda yang sedang diuji dengan anak mereka. Sekilas, kalimat ini memang tampak meotivasi, tapi tahukah? Ternyata bagi para bunda yang sedang dalam proses menjalani ujian menemani buah hatinya dalam masa-masa kritis ternyata kalimat ini membuat mereka sedih dan tak terima. Sebut saja Bunda A, yang harus menemani sang anak selama 4 bulan di Rumah sakit dengan perjuangan stoma* anak yang sangat butuh perhatian. Ya, awal masuk Rumah sakit karena usus buntu pecah dan cukup parah sehingga harus kolostomi, ditambah terpapar covid ketika dirawat sehingga operasi tutup kolostomi pun harus terus tertunda, perjalanan batin sang ibu tentu penuh dengan dinamika. Dan ia pun berkata, “Jika orang bilang ‘kamu dipilih’, saya tidak perna

IRINGI DENGAN KETAATAN (PART 5 "Hadiah Istimewa untuk Bunda Hebat")

  Iringi dengan Ketaatan Penulis: umA “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia  berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran .” (Terjemah Q.s. Al-Baqarah: 186) Allah ta’ala pasti akan mengabulkan do’a selama seseorang menjauhi hal-hal yang menyebabkan do’a itu terkatung-katung atau tertolak, misalnya makanan dan pakaian haram. Di sisi lain, Allah ta’ala pun membocorkan sebab-sebab do’a itu mudah dimakbulkan. Selain dengan memenuhi adabnya, juga mengiringi do’a itu dengan ketaatan. Allah  Ta’ala  juga berfirman, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِين َ “ Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar ”  (QS. Al Baqarah: 153) Dalam konteks ayat tersebut