Langsung ke konten utama

Jangan Mengungkit Masa Lalu Seseorang


Alhamdulillah, shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu’alaihiwasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh.
Pada dasarnya manusia itu memiliki hati nurani, sehingga apabila ia melakukan kesalahan maka hati tersebut akan mengatakan hal yang sebaiknya dilakukan kepadanya. Maka tak heran bahwa manusia yang kerap melakukan maksiat dan banyak perbuatan tercela, atas hidayah dari Allah suatu hari bisa saja dia menjadi orang yang bahkan lebih baik dari diri kita.

Dalam hal ini apabila ia telah bertaubat dan berusaha berubah sekuat tenaga, tidak sewajarnyalah kita mengungkit-ungkit masa lalunya. ‘Ulama’ pernah mengharamkan hukumnya mengatakan “engkau bersumpah atas nama Allah bahwa engkau tidak pernah berzina !”
Tentu saja hal ini dapat menyakiti hati orang tersebut yang telah bersusah payah untuk menjadi pribadi yang baik, ta’at kepada Allah Subhanahuwata’ala. Bahkan dalam sebuah hadi Rasulullah Shalallahu’alaihiwasallam bersabda,
“Barangsiapa yang meringankan (menghilangkan) kesulitan seorang muslim kesulitan-kesulitan duniawi, maka Allah akan meringankan (menghilangkan) baginya kesulitan di akhirat kelak. Barangsiapa yang memberikan kemudahan bagi orang yang mengalami kesulitan di dunia, maka Allah akan memudahkan baginya kemudahan (urusan) di dunia dan akhirat. Dan barangsiapa yang menutupi (aib) seorang muslim sewaktu di dunia, maka Allah akan menutup (aibnya) di dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah akan senantiasa menolong seorang hamba selalu ia menolong saudaranya.” (HR. Tirmidzi)
Tentunya kita ingin Allah Ta’ala menutup aib-aib kita di akhirat kelak sebab terlalu banyak dosa-dosa dan perbuatan memalukan yang telah kita lakukan. Dalam hadis lain juga disebutkan,
Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Tidaklah seseorang menutupi aib orang lain di dunia, melainkan Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat kelak.” (Shahih Muslim)
Seyogyanya kita mendukung saudara-saudara kita yang tengah berproses untuk berubah, menghargai pilihan mereka, dan menjaga aib-aibnya. Karena kita tidak mengetahui seberapa keras jalan yang pernah ia lalui di masa lalu dan bagaimana perjuangannya untuk dapat merubah hidupnya menjadi orang yang lebih baik. Maka jangan sampai kita menanya-nanya lagi apa yang pernah ia lakukan di masa lalu apa lagi samapai menceritakan aibnya kepada orang lain, karena hal ini termasuk perbuatan ghibah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan janganlah sebagian kalian mengghibahi sebagian yang lain. Sukakah salah seorang dari kalian memakan daging bangkai saudaranya yang telah mati, pasti kalian membencinya. Maka bertaqwalah kalian kepada Allah, sungguh Allah Maha Menerima taubat dan Maha Pengasih”. (Al Hujurat :12)
Begitupula sebagaimana dikatakan oleh ‘Amru bin Al-‘Ash Radhiyallahu ‘anhu, “Dari Qais, dia berkata: ‘Amru bin Al-‘Ash Radhiyallahu ‘anh melewati bangkai seekor bighol (hewan hasil persilangan kuda dengan keledai), lalu beliau berkata: “Demi Allah, salah seorang dari kalian memakan daging bangkai ini (hingga memenuhi perutnya) lebih baik baginya daripada ia memakan daging saudaranya (yang muslim)”.
Dalam sebuah hadist disebutkan, Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Semua muslim terhadap muslim yang lain adalah harom, yaitu darahnya, kehormatannya, dan hartanya”. (HR. Muslim)
Menerima saudara kita yang telah berubah tanpa mengungkit-ungkit masa lalunya dapat menjadi penyemangat bagi dirinya untuk menjadi pribadi yang lebih baik kedepannya dan istiqomah di jalan Allah Subhanahuwata’ala. Apabila ia mengalami kegagalan dalam masa perubahan disitulah kita bertugas untuk mengingatkannya kembali, memberikan semangat pantang menyerah, dan percaya bahwa ia bisa melewati masa-masa sulit dikala tengah menempuh jalan hijrah.
Mengingat firman Allah Ta’ala, “Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rizki yang banyak” (An-Nisaa 4 : 100)
Bahwa saudar-saudara kita yang sedang memperbaiki diri sejatinya sedang menempuh jalan Allah untuk mendapatkan Ridha-Nya dan rezeki yang banyak. Sekelam apapun masa lalu seseorang, Allah pasti akan membukakan pintu maaf seluas-luasnya dan memberikan taufiq kepada orang tersebut.
Maka sejatinya kita harus menjadi teman dan sahabat yang baik, menjadi contoh bagi saudara-saudara kita yang tengah melangkah hijrah, tentunya mereka akan mencari kelompok orang-orang sholeh sebagai teman agar mereka dapat meniru dan belajar bersama kiat-kiat mengamalkan amal sholeh.
“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari, no. 2101, dari Abu Musa)
Semoga kita semua dapat saling bahu membahu dalam membantu saudara-saudara kita untuk berubah atau menjemput hidayah-Nya kemudian ia menjadi pribadi yang lebih baik di masa yang akan datang dan melanjutkan estafet syiar-syiar kebaikan islam, bukan menjadi orang-orang yang membongkar aib-aib masa lalu saudara-saudara kita.


 Ahmad Daud
📖 Sumber : https://wahdah.or.id/jangan-mengungkit-masa-lalu-seseorang/
🙏 *Silahkan bantu sebarkan namun tidak menghapus link web sumber sebagai pemilik tulisan* , semoga bermanfaat buat Anda dan yg lain. In Syaa Allah berpahala 👍

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PELIPUR LARA (Part 1 "HADIAH ISTIMEWA UNTUK BUNDA HEBAT")

  HADIAH ISTIMEWA UNTUK BUNDA HEBAT Hadiah untuk para ibu yang diuji dengan kesehatan anak Penulis: UmA Muqaddimah Bismillahirrahmanirrahiim Dengan memohon pertolongan Allah ta’ala kami memulai buku saku sederhana ini. Buku yang kami harapkan dapat menjadi teman dan pengingat. Tidak ada yang kami harapkan kecuali ridha Allah ta’ala atas karya sederhana ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliaulah teladan terbaik, termasuk ketika menghadapi ujian.  Buku ini hadir karena pengalaman pribadi yang ingin saling menguatkan terutama kepada para Bunda yang dihadiahkan anak istimewa. Begitu banyak pergolakan, penolakan, penerimaan, pemaafan, hingga perjuangan untuk melangkah maju yang bunda-bunda rasakan. Kami berharap semoga setiap langkah berbuah manis di sisi Allah ta’ala. Ini pertama kali kami menyusun buku sehingga pasti banyak kekeliruan dan kekurangan, semoga pembaca bisa memaafkan khilaf kami. Tentu pembahasan tentang perkar

TENTANG PILIHAN ALLAH (Part 3 "Hadiah Istimewa Untuk Bunda Hebat")

  HADIAH ISTIMEWA UNTUK BUNDA HEBAT Hadiah untuk para ibu yang diuji dengan kesehatan anak Penulis: UmA 3. Tentang Pilihan Allah “Sabarlah dengan ujian ini, kamu adalah wanita pilihan”, kurang lebih begitulah bunyi kalimat penyemangat yang sering disampaikan kepada para bunda yang sedang diuji dengan anak mereka. Sekilas, kalimat ini memang tampak meotivasi, tapi tahukah? Ternyata bagi para bunda yang sedang dalam proses menjalani ujian menemani buah hatinya dalam masa-masa kritis ternyata kalimat ini membuat mereka sedih dan tak terima. Sebut saja Bunda A, yang harus menemani sang anak selama 4 bulan di Rumah sakit dengan perjuangan stoma* anak yang sangat butuh perhatian. Ya, awal masuk Rumah sakit karena usus buntu pecah dan cukup parah sehingga harus kolostomi, ditambah terpapar covid ketika dirawat sehingga operasi tutup kolostomi pun harus terus tertunda, perjalanan batin sang ibu tentu penuh dengan dinamika. Dan ia pun berkata, “Jika orang bilang ‘kamu dipilih’, saya tidak perna

IRINGI DENGAN KETAATAN (PART 5 "Hadiah Istimewa untuk Bunda Hebat")

  Iringi dengan Ketaatan Penulis: umA “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia  berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran .” (Terjemah Q.s. Al-Baqarah: 186) Allah ta’ala pasti akan mengabulkan do’a selama seseorang menjauhi hal-hal yang menyebabkan do’a itu terkatung-katung atau tertolak, misalnya makanan dan pakaian haram. Di sisi lain, Allah ta’ala pun membocorkan sebab-sebab do’a itu mudah dimakbulkan. Selain dengan memenuhi adabnya, juga mengiringi do’a itu dengan ketaatan. Allah  Ta’ala  juga berfirman, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِين َ “ Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar ”  (QS. Al Baqarah: 153) Dalam konteks ayat tersebut