Langsung ke konten utama

SURAT CINTA DI AKHIR RAMADHAN

 


Surat Cinta di Akhir Ramadhan

Oleh: umA 

Assalamu’alaikum

Bagaimana kabarmu di akhir Ramadhan? Apakah engkau berbahagia? Ataukah air mata tengah membasahi pipimu? Atau.. mungkin perasaan campur aduk entah bagaimana mengutarakannya.

Sahabat, di akhir Ramadhan ini, tidak semua kita memiliki kondisi yang sama. Ada yang diberikan kemampuan oleh Allah untuk beri’tikaf, memaksimalkan tilawah hingga berkali-kali khatam, atau dimudahkan untuk menegakkan punggung berdiri berlama-lama shalat. 

Tapi ada juga, yang harus menahan pedih terbaring tak berdaya, menitikkan air mata karena tak mampu puasa, atau harus mengorbankan waktu dan tenaga untuk sesuap nasi keluarga. Tapi, tahukah kawan, rahmat Allah begitu luas! Ibadah itu semua yang diridhai Allah, tak terbatas pada shalat dan puasa saja, walau keduanya adalah amalan paling utama.

Namun, ada di antara kita yang harus membantu orang tua mengaduk-aduk beras atau mengisi ketupat. Itu pun bisa bernilai ibadah jika niat kita untuk menyenangkan orang tua yang mungkin belum paham benar tentang agama. Tapi, kegiatan itu bisa kita isi sambil perbanyak istighfar. 

Atau, ada yang harus menghabiskan waktu akhir Ramadhan di jalan. Untuk menyambung kekeluargaan, membahagiakan handai taulan. Pun bisa menjadi ibadah bernilai, jika kita niatkan Lillaah. Sambil memutar murattal atau perbanyak dzikrullah di jalan.

Sahabat, apa pun kondisimu, teruslah berharap kepada Allah. Teruslah berdo’a agar kebaikan yang engkau lakukan, sekecil apa pun bentuknya, di malam-malam mulia ini, bisa mendapatkan pahala berlipat ganda. Mendapatkan rahmat dan ampunan Allah ta’ala.

Teruslah membasahi lisan dengan do’a serta hati yang penuh dengan harapan.

Semoga, kita masih bisa berjumpa Ramadhan berikutnya dalam keadaan lebih baik, dan Allah berikan kemampuan lebih lagi untuk bertaqarrub secara khusus kepada-Nya. Semoga Allah mudahkan. 

Ukhti, sungguh, larut dalam tangisan karena penyesalan terhadap kelalaian itu jauh lebih baik dibandingkan beramal yang diiringi rasa bangga dan meremehkan orang lain. Sebagai pelecut kepada kita, bahwa tak ada kata “putus asa” dari rahmat Allah di kamus orang beriman.

Tetapi, ketahuilah saudariku, penyesalan yang tulus dari lubuk hati akan melahirkan sebuah sikap: berusaha menjadi lebih baik lagi.

Olehnya, Allah ta’ala memerintahkan kita taubat bukan sekadar taubat lisan, tetapi taubatan nashuha. Taubat yang tulus, menyesali berbagai keburukan dan kemaksiatan kita, memohon ampun kepada Allah, dan bertekad kuat tak mengulanginya lagi. Bermujahadah untuk mengisi lembaran amal yang tersisa dengan kebaikan. Sebagai harapan, bahwa kebaikan itu akan menghapus kesalahan masa silam. 

Maka semoga kita menjadi orang-orang yang jujur kepada Allah. Apa pun kondisi kita, hati selalu merindu untuk mendekat kepadaNya, dan berjuang untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Semoga Allah menolong kita dan melimpahkan taufik dan hidayahNya kepada kita semua ❤️

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BUNDA, JANGAN BERSENDIRIAN (PART 11 "Hadiah Istimewa Untuk Bunda Hebat")

  BUNDA, JANGAN BERSENDIRIAN Bunda, jangan merasa sendiri. Tentu karena memang kita tak pernah sendirian, sebab Allah ta’ala Maha Melihat dan Mengawasi kita. “Dan Allah bersama kamu (dengan ilmu-Nya) di mana saja kamu berada.” [QS. Al-Hadid: 4] Kemudian, Bunda, apa yang Bunda alami bukan hanya Bunda satu-satunya. Berdasarkan data berjalan 2020 dari Biro Pusat Statistik (BPS), jumlah penyandang disabilitas di Indonesia mencapai 22,5 juta atau sekitar lima persen (Kemensos). Entah itu dari sisi intelektual, mental, sensorik, dan ganda/multi. Selain itu, Ketua Pusat Layanan Penyakit Langka di  Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo  atau RSCM, Dr. dr. Damayanti Rusli Sjarif Sp.A(K) menyebut diperkirakan ada 10 persen dari total penduduk atau sekitar 25 juta orang yang menderita penyakit langka di Indonesia. Bukankah angka yang cukup fantastis? Maka kuatkanlah hatimu, Bunda! Dan siapkan diri untuk mencari informasi dan komunitas. Minimal kita bisa mendapatkan ilmu tentang penanganan ...

MENGAMBIL HIKMAH (Part 2 "Hadiah Istimewa Untuk Bunda Hebat)

  HADIAH ISTIMEWA UNTUK BUNDA HEBAT Hadiah untuk para ibu yang diuji dengan kesehatan anak Penulis: UmA 2. Mengambil Hikmah Selalu ada hikmah dari setiap kejadian, mungkin agar kita lebih dewasa, atau seringkali agar kita sadar dan kembali meniti jalan kebenaran. Atau terkadang melalui kejadian tersebut, ada pembelajaran istimewa yang Allah ingin hadirkan dalam kehidupan. Itulah yang terjadi saat ujian demi ujian seolah bertumpuk-tumpuk memenuhi tenggorokan. Bunda, cobalah untuk terus berprasangka baik kepada Sang Pencipta. Itulah langkah awal untuk mendidik jiwa ketika musibah menyapa. Sebab prasangka baik akan bernilai pahala dan membuahkan kebahagiaan serta kebaikan. Sebaliknya, berprasangka buruk dan mencela takdir-Nya hanya akan menyisakan kesempitan serta membawa diri dalam jurang keputusasaan. Buruk sangka hanya akan membuat hidup ke depannya lebih sulit, masalah lain pun akan bermunculan. Sungguh, itu terjadi. Mungkin, terus menjaga prasangka baik itu berat, tapi teruslah m...

KISAH KESABARAN DAN KESYUKURAN SAHABAT (PART 10 "Hadiah Istimewa Untuk Bunda Hebat")

  Kisah Kesabaran dan Kesyukuran Sahabat Kisah Kesabaran dan "Suatu hari, aku pernah berada di daerah perbatasan, wilayah Arish di negeri Mesir. Aku melihat sebuah kemah kecil, yang dari kemahnya menunjukkan bahwa pemiliknya adalah orang yang sangat miskin. Lalu aku pun mendatangi kemah yang berada di padang pasir tersebut untuk melihat apa yang ada di dalamnya. Kemudian aku melihat seorang laki-laki. Namun bukan laki-laki biasa. Kondisi laki-laki ini sedang berbaring dengan tangan dan kakinya bunting, telinganya sulit mendengar, matanya buta, dan tidak ada yang tersisa selain lisannya yang berbicara. Dari lisannya orang itu mengucapkan, “Ya Allah berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku. Dan Engkau sangat muliakan aku dari ciptaan-Mu yang lain.” Kemudian aku pun menemuinya, dan berkata kepada orang itu, “Wahai saudaraku, nikmat Allah mana yang engkau syukuri?” Kemudian laki-laki pemilik kemah itu menjawab, “Wahai saudara, diaml...