Langsung ke konten utama

IRINGI DENGAN KETAATAN (PART 5 "Hadiah Istimewa untuk Bunda Hebat")

 


Iringi dengan Ketaatan

Penulis: umA

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.” (Terjemah Q.s. Al-Baqarah: 186)

Allah ta’ala pasti akan mengabulkan do’a selama seseorang menjauhi hal-hal yang menyebabkan do’a itu terkatung-katung atau tertolak, misalnya makanan dan pakaian haram. Di sisi lain, Allah ta’ala pun membocorkan sebab-sebab do’a itu mudah dimakbulkan. Selain dengan memenuhi adabnya, juga mengiringi do’a itu dengan ketaatan.

Allah Ta’ala juga berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar” (QS. Al Baqarah: 153)


Dalam konteks ayat tersebut, Allah ta’ala menyebutkan ‘ista’iinuw’ ( اسْتَعِينُواْ ) atau ‘beristi’anahlah kalian’, ‘mohon pertolonganlah kalian’, lalu menyebutkan 2 amal shalih yaitu sabar dan shalat. Seperti ayat 186 di Surah Al-baqarah, “Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran,” seperti menyampaikan kepada kita agar mengiringi do’a dengan ketaatan, bahkan bersegera dalam ketaatan tersebut.

Tentunya, memperbanyak amal shalih yang Sunnah, kita lakukan setelah memprioritaskan kewajiban. Sehingga ketika kita tiba-tiba diuji dengan sesuatu yang seolah menghentak atau menampar jiwa kita, yang pertama kali kita tanyakan adalah: “bagaimanakah shalat wajibku?”, “bagaimana puasa wajibku?”, “apakah aku sudah mengeluarkan zakat fitrah dan maal (jika memenuhi nishab dan haul)?”,”bagaimana kabar ayah dan ibuku? Apakah selama ini aku belum menyenangkan hati mereka?”, “apakah aku sudah berhijab syar’I (bagi wanita)?”, “apakah hartaku halal?”,”apakah aku sudah bertauhid dengan benar?”. Ya itulah serentetan pertanyaan muhasabah awal. Selalu mulai dari sana.

Akhirnya rentetan pertanyaan-pertanyaan ini akan mebawa kita pada satu kesimpulan penting, “Aku harus belajar agama untuk lebih mengenal-Nya, mengenal hak-hak-Nya pada diriku”. Karena ternyata selama ini kita sudah banyak melalaikan kewajiban-kewajiban kita. Bahkan ketika kita telah mengerjakannya pun, kita banyak lalai dari syarat-syarat sah dan rukun-rukunnya.

Padahal, tahukah kita, bahwa kewajiban yang Allah ta’ala amanahkan kepada kita semuanya mengandung begitu banyak hikmah, menguatkan jiwa kita sehingga lebih kokoh dalam menghadapi masalah, menyucikan diri kita dari dosa dan kesalahan, serta diganjar dengan pahala yang akan ditimbang di mizan saat hari kiamat (penentu apakah kita akan selamat atau sengsara), serta banyak keutamaan lain yang semuanya adalah untuk keselamatan diri kita sendiri di dunia dan akhirat.

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri tersebut beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Qs. Al-A’raf: 96)

Kabar baiknya, saat kita bertakwa kepada Allah ta’ala maka Allah ta’ala akan menurunkan keberkahan-Nya, memudahkan urusan-urusan kita, memberikan rezki dari arah yang tidak kita sangka-sangka. Tapi memang, kita butuh yakin dan sabar. Selamat mencoba dan merasakan takjub yang luar biasa!

 ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Komentar

Postingan populer dari blog ini

BUNDA, JANGAN BERSENDIRIAN (PART 11 "Hadiah Istimewa Untuk Bunda Hebat")

  BUNDA, JANGAN BERSENDIRIAN Bunda, jangan merasa sendiri. Tentu karena memang kita tak pernah sendirian, sebab Allah ta’ala Maha Melihat dan Mengawasi kita. “Dan Allah bersama kamu (dengan ilmu-Nya) di mana saja kamu berada.” [QS. Al-Hadid: 4] Kemudian, Bunda, apa yang Bunda alami bukan hanya Bunda satu-satunya. Berdasarkan data berjalan 2020 dari Biro Pusat Statistik (BPS), jumlah penyandang disabilitas di Indonesia mencapai 22,5 juta atau sekitar lima persen (Kemensos). Entah itu dari sisi intelektual, mental, sensorik, dan ganda/multi. Selain itu, Ketua Pusat Layanan Penyakit Langka di  Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo  atau RSCM, Dr. dr. Damayanti Rusli Sjarif Sp.A(K) menyebut diperkirakan ada 10 persen dari total penduduk atau sekitar 25 juta orang yang menderita penyakit langka di Indonesia. Bukankah angka yang cukup fantastis? Maka kuatkanlah hatimu, Bunda! Dan siapkan diri untuk mencari informasi dan komunitas. Minimal kita bisa mendapatkan ilmu tentang penanganan ...

MENGAMBIL HIKMAH (Part 2 "Hadiah Istimewa Untuk Bunda Hebat)

  HADIAH ISTIMEWA UNTUK BUNDA HEBAT Hadiah untuk para ibu yang diuji dengan kesehatan anak Penulis: UmA 2. Mengambil Hikmah Selalu ada hikmah dari setiap kejadian, mungkin agar kita lebih dewasa, atau seringkali agar kita sadar dan kembali meniti jalan kebenaran. Atau terkadang melalui kejadian tersebut, ada pembelajaran istimewa yang Allah ingin hadirkan dalam kehidupan. Itulah yang terjadi saat ujian demi ujian seolah bertumpuk-tumpuk memenuhi tenggorokan. Bunda, cobalah untuk terus berprasangka baik kepada Sang Pencipta. Itulah langkah awal untuk mendidik jiwa ketika musibah menyapa. Sebab prasangka baik akan bernilai pahala dan membuahkan kebahagiaan serta kebaikan. Sebaliknya, berprasangka buruk dan mencela takdir-Nya hanya akan menyisakan kesempitan serta membawa diri dalam jurang keputusasaan. Buruk sangka hanya akan membuat hidup ke depannya lebih sulit, masalah lain pun akan bermunculan. Sungguh, itu terjadi. Mungkin, terus menjaga prasangka baik itu berat, tapi teruslah m...

KISAH KESABARAN DAN KESYUKURAN SAHABAT (PART 10 "Hadiah Istimewa Untuk Bunda Hebat")

  Kisah Kesabaran dan Kesyukuran Sahabat Kisah Kesabaran dan "Suatu hari, aku pernah berada di daerah perbatasan, wilayah Arish di negeri Mesir. Aku melihat sebuah kemah kecil, yang dari kemahnya menunjukkan bahwa pemiliknya adalah orang yang sangat miskin. Lalu aku pun mendatangi kemah yang berada di padang pasir tersebut untuk melihat apa yang ada di dalamnya. Kemudian aku melihat seorang laki-laki. Namun bukan laki-laki biasa. Kondisi laki-laki ini sedang berbaring dengan tangan dan kakinya bunting, telinganya sulit mendengar, matanya buta, dan tidak ada yang tersisa selain lisannya yang berbicara. Dari lisannya orang itu mengucapkan, “Ya Allah berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku. Dan Engkau sangat muliakan aku dari ciptaan-Mu yang lain.” Kemudian aku pun menemuinya, dan berkata kepada orang itu, “Wahai saudaraku, nikmat Allah mana yang engkau syukuri?” Kemudian laki-laki pemilik kemah itu menjawab, “Wahai saudara, diaml...