Langsung ke konten utama

Para Pahlawan di Balik Layar



Membaca salah satu status seorang saudari yang merupakan aktivis dakwah sekaligus perawat di tengah merebaknya wabah (bisa dibaca di sini), saya teringat musyawarah beberapa tahun silam yang di salah satu sesinya ada taujihat (nasihat) dari seorang kakak, dokter muslimah sekaligus aktivis dakwah. Kakak yang kini menjadi aktivis kemanusiaan untuk Palestina tersebut menceritakan tentang peran para Muslimah di medan laga, medan jihad. Sudahkah engkau mendengarnya?

Tentu kita ingat bagaimana heroiknya kisah kaum muslimin di Perang Badar (2H). Bagaimana kisah kaum muslimin yang berjumlah 300 orang dengan senjata seadanya melawan kaum kafir Quraisy yang berjumlah sekitar 1000 orang dengan persenjataan lengkap. Atau kisah Perang Ahzab ketika sahabat Salman AL-Farisi radhiyallahu 'anhu menjadi begitu dikenal karena strateginya mengusulkan penggalian Parit demi menghalau musuh. Perang Uhud dan berbagai kisah lainnya dimana peran dan nama para sahabat menjadi begitu terkenalnya. Tetapi, tahukah kita bahwa di tengah heroiknya peperangan berkecamuk yang dihadapi para sahabat, turut hadir pula para sahabiyah menjadi penyokong dan pendukung yang tak terlalu tampak.

Para sahabiyah, memiliki peranan yang luar biasa besar sebagai seorang istri dan ibu, tetapi juga turut aktif dalam mendukung segala pertempuran kaum muslimin. Salah satu perang yang menunjukkan peran para muslimah adalah perang Uhud, perang pertama yang melibatkan muslimah. Kita tahu, betapa berantakannya pasukan muslimin saat itu dikarenanakan ada pos yang tidak memegang amanah. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun terdesak hingga digambarkan bahwa saat itu Wajah Rasulullah terluka, gigi gerahamnya tanggal, dua keping lingkaran rantai topi besi yang menutupi wajah Rasulullah menembusi pipinya akibat terkena serangan musuh. Ummu Umarah radhiyallahu 'anha, seorang ummahat, menjadi salah satu sahabiyah di antara sekian sahabat  yang turut melindungi Rasulullah saat terkepung. Di akhir perang, beliau pun mendapatkan luka yang serius. (1)

Ya, para muslimah tersebut banyak membantu para mujahidin dengan menyediakan air minum, meringsek di antara kilatan pedang untuk mengobati para tentara yang terluka, serta hadir untuk memberi semangat kepada kaum Muslimin, bahkan tak jarang harus berhadapan/berduel langsung dengan musuh di kancah peperangan. Ada satu peran juga yang disebutkan oleh kakak, katanya para wanita itu di salah satu perang, mengibas-ngibaskan pasir di belakang atau di depan pasukan kaum muslimin untuk mengecoh lawan tentang jumlah kaum muslimin, karena pasir yang berkemul akan membuat yang melihatnya menyangka pasukan berjumlah banyak.

Tidak ada yang sia-sia dalam perjuangan, dalam pekerjaan sebagai seorang pengurus dakwah. Bahkan, seorang panitia yang mungkin hanya menyapu ruangan, semua sangat berpengaruh. Tiap pos yang kita lakoni, semua menjadi alasan kemenangan itu terwujud selama keikhlasan terjaga. Sebagaimana para sahabiyah tersebut, yang mungkin hanya mengibas-ngibaskan pasir, atau membuat bait-bait syair untuk membakar semangat kaum muslimin.

Allah melihat setiap yang kita lakukan, baik di depan atau di belakang layar. Karena para pasukan pun tak mungkin akan bertahan jika tak ada yang memberi pasokan air dan merawat luka-luka mereka serta membangkitkan semangat mereka, kan?

Maka jangan pernah meremehkan tugas sekecil apapun yang diamanahkan. Seperti saat wabah hari ini mulai menyapa lantas Majelis Ulama Indonesia yang merupakan ulil amri kita juga dalam bagian syari’at, serta pemerintah turut mengimbau agar kita jaga jarak / social distancing. Karena saat ini, para tenaga kesehatan sedang berdiri di baris depan untuk melayani mereka yang sakit. Bantuan kita dengan patuh terhadap perintah mudah-mudahan akan memutus rantai penularan dan pada akhirnya meringankan beban para tenaga medis tersebut. Kita tak mau ‘kan seperti Italia yang digambarkan para dokternya harus terjebak dilemma karena harus membiarkan beberapa orang meninggal di hadapannya. Bukan karena tak mau menolong, tapi karena tenaga mereka terbatas.

Akhir kata, semoga Allah memberikan keselamatan kepada kita semua dan menjaga negri tercinta kita ini dari bahaya yang lebih besar. Semoga Allah menyelamatkan agama kita.
Wallahu a’lam. (FA)

Rujukan:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BUNDA, JANGAN BERSENDIRIAN (PART 11 "Hadiah Istimewa Untuk Bunda Hebat")

  BUNDA, JANGAN BERSENDIRIAN Bunda, jangan merasa sendiri. Tentu karena memang kita tak pernah sendirian, sebab Allah ta’ala Maha Melihat dan Mengawasi kita. “Dan Allah bersama kamu (dengan ilmu-Nya) di mana saja kamu berada.” [QS. Al-Hadid: 4] Kemudian, Bunda, apa yang Bunda alami bukan hanya Bunda satu-satunya. Berdasarkan data berjalan 2020 dari Biro Pusat Statistik (BPS), jumlah penyandang disabilitas di Indonesia mencapai 22,5 juta atau sekitar lima persen (Kemensos). Entah itu dari sisi intelektual, mental, sensorik, dan ganda/multi. Selain itu, Ketua Pusat Layanan Penyakit Langka di  Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo  atau RSCM, Dr. dr. Damayanti Rusli Sjarif Sp.A(K) menyebut diperkirakan ada 10 persen dari total penduduk atau sekitar 25 juta orang yang menderita penyakit langka di Indonesia. Bukankah angka yang cukup fantastis? Maka kuatkanlah hatimu, Bunda! Dan siapkan diri untuk mencari informasi dan komunitas. Minimal kita bisa mendapatkan ilmu tentang penanganan ...

MENGAMBIL HIKMAH (Part 2 "Hadiah Istimewa Untuk Bunda Hebat)

  HADIAH ISTIMEWA UNTUK BUNDA HEBAT Hadiah untuk para ibu yang diuji dengan kesehatan anak Penulis: UmA 2. Mengambil Hikmah Selalu ada hikmah dari setiap kejadian, mungkin agar kita lebih dewasa, atau seringkali agar kita sadar dan kembali meniti jalan kebenaran. Atau terkadang melalui kejadian tersebut, ada pembelajaran istimewa yang Allah ingin hadirkan dalam kehidupan. Itulah yang terjadi saat ujian demi ujian seolah bertumpuk-tumpuk memenuhi tenggorokan. Bunda, cobalah untuk terus berprasangka baik kepada Sang Pencipta. Itulah langkah awal untuk mendidik jiwa ketika musibah menyapa. Sebab prasangka baik akan bernilai pahala dan membuahkan kebahagiaan serta kebaikan. Sebaliknya, berprasangka buruk dan mencela takdir-Nya hanya akan menyisakan kesempitan serta membawa diri dalam jurang keputusasaan. Buruk sangka hanya akan membuat hidup ke depannya lebih sulit, masalah lain pun akan bermunculan. Sungguh, itu terjadi. Mungkin, terus menjaga prasangka baik itu berat, tapi teruslah m...

KISAH KESABARAN DAN KESYUKURAN SAHABAT (PART 10 "Hadiah Istimewa Untuk Bunda Hebat")

  Kisah Kesabaran dan Kesyukuran Sahabat Kisah Kesabaran dan "Suatu hari, aku pernah berada di daerah perbatasan, wilayah Arish di negeri Mesir. Aku melihat sebuah kemah kecil, yang dari kemahnya menunjukkan bahwa pemiliknya adalah orang yang sangat miskin. Lalu aku pun mendatangi kemah yang berada di padang pasir tersebut untuk melihat apa yang ada di dalamnya. Kemudian aku melihat seorang laki-laki. Namun bukan laki-laki biasa. Kondisi laki-laki ini sedang berbaring dengan tangan dan kakinya bunting, telinganya sulit mendengar, matanya buta, dan tidak ada yang tersisa selain lisannya yang berbicara. Dari lisannya orang itu mengucapkan, “Ya Allah berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku. Dan Engkau sangat muliakan aku dari ciptaan-Mu yang lain.” Kemudian aku pun menemuinya, dan berkata kepada orang itu, “Wahai saudaraku, nikmat Allah mana yang engkau syukuri?” Kemudian laki-laki pemilik kemah itu menjawab, “Wahai saudara, diaml...